REPUBLIKA.CO.ID, MISSOURI -- Ramadhan yang berbeda tahun ini dibanding tahun sebelumnya mengubah banyak hal, termasuk tradisi beribadah Ramadhan di Amerika Serikat. Meski demikian, umat Muslim Amerika tak kehilangan cara untuk mengisi Ramadhan dengan kebaikan.
Dilansir di St Louis News, Jumat (15/5), umat Muslim saat ini sudah memasuki hari ke-10 terakhir Ramadhan. Di mana laitaul qadar dapat diperoleh di sepuluh malam terakhir tersebut sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW.
Untuk memperoleh itu, tak sedikit umat Muslim yang menghabiskan waktu untuk mengintensifkan ibadah di hari-hari terakhir Ramadhan. Meski terdapat badai virus corona jenis baru (Covid-19), umat Muslim di Amerika terus menjalankan pelayanan lokal.
Meski tidak menggelar sholat tarawih berjamaah di masjid ataupun aktivitas lainnya di masjid, melalu St. Louis on the Air, pembawa acara Sarah Fenske akan memeriksa dengan anggota komunitas Muslim setempat untuk mendengar bagaimana mereka menavigasi bulan suci Ramadhan tahun ini.
Ikut serta dalam diskusi adalah Kepala Tugas di Baitulmaal Mahrukh Khan dan Badan Amal untuk Islamic Foundation of Greater St. Louis Donnell Malik Sims. Keduanya adalah tokoh pendorong di belakang klinik pengujian Covid-19 yang dikelola Muslim di utara Ferguson di 800 Chambers Road.
Tiga hari dalam sepekan, tak lama setelah mereka makan makanan terakhir mereka sebelum matahari terbit dan mulai berpuasa, mereka bangun lagi untuk secara sukarela merawat dan merawat pasien yang terinfeksi Covid-19 di daerah yang kurang terlayani.
"Umat Islam telah diaktifkan di seluruh negara untuk terlibat dalam perang melawan pandemi dan benar-benar berusaha untuk menyelamatkan nyawa, dan, tentu saja dalam Al-Quran, kita diajarkan untuk menyelamatkan satu nyawa berarti menyelamatkan keseluruhan umat manusia, dan dalam mengambil satu kehidupan, itu sama dengan mengambil seluruh umat manusia," kata Sims.