Jumat 15 May 2020 12:14 WIB

Ekspor Minyak Mentah Nol, Peranan Migas ke Ekspor Berkurang

Pelemahan ekspor minyak mentah karena tidak ada permintaan dan penurunan harga.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, peranan ekspor minyak dan gas (migas) terhadap kinerja ekspor bulan lalu mengalami pengurangan. Penyebabnya, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ ICP) yang mengalami penurunan dan tidak adanya ekspor minyak mentah.
Foto: Republika/Rusdy Nurdiansyah
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, peranan ekspor minyak dan gas (migas) terhadap kinerja ekspor bulan lalu mengalami pengurangan. Penyebabnya, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ ICP) yang mengalami penurunan dan tidak adanya ekspor minyak mentah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, peranan ekspor minyak dan gas (migas) terhadap kinerja ekspor bulan lalu mengalami pengurangan. Penyebabnya, harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ ICP) yang mengalami penurunan dan tidak adanya ekspor minyak mentah. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, ICP kontrkasi hingga 69,8 persen dibandingkan April 2019, menjadi 20,66 dolar AS per barel. Dampaknya, peranan ekspor migas yang biasa mencapai delapan hingga sembilan persen, bulan lalu hanya hanya 5,01 persen.

Baca Juga

"Lebih karena penurunan harga dan pelemahan permintaan," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (15/5).

BPS mencatat, kinerja ekspor migas pada April mencapai 610 juta dolar AS. Nilai ini kontraksi 6,55 persen dibandingkan Maret yang sebesar 653 juta dolar AS. Penurunan lebih dalam terlihat jika dibandingkan April 2019 yang menyentuh 741,8 juta dolar AS.

Selain penurunan harga ICP, penyebab penurunan ini adalah tidak adanya ekspor minyak mentah pada bulan lalu. Padahal, pada Maret, volumenya bisa mencapai 133,4 ribu ton. Volume lebih tinggi terjadi pada April tahun lalu yang menyentuh level 358,4 ribu ton.

Volume ekspor gas bulan lalu yang sebesar 1,52 juta ton juga mengalami kontraksi 3,11 persen dibandingkan Maret 2020, yakni 1,57 juta ton. Tapi, secara nilai, terjadi pertumbuhan 2,15 persen menjadi 513,5 juta dolar AS.

Kondisi berbeda terjadi pada industri pengolahan hasil minyak. Volumenya naik 26,4 persen dibandingkan Maret menjadi 450 ribu ton. Tapi, karena harga minyak turun tajam, nilai ekspor hasil minyak pun turun dari 98,8 juta dolar AS menjadi 97 juta dolar AS. 

"Turun 1,81 persen (dibandingkan Maret)," kata Suhariyanto.

Kontraksi kinerja ekspor migas lebih dalam jika dilihat secara akumulatif. Pada periode Januari hingga April, nilainya hanya 2,89 miliar dolar AS atau turun 31,75 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Berdasarkan komponennya, nilai ekspor pengadaan gas mengalami kontraksi terdalam hingga 99,06 persen. Begitupun dengan minyak mentah yang nilainya turun 63,07 persen menjadi hanya 194,5 juta dolar AS. Sedangkan, pada Januari-April 2019, nilainya mampu mencapai 526,9 juta dolar AS. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement