REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perwakilan Tetap Kerajaan Arab Saudi untuk PBB, Abdullah bin Yahya Al Muallimi mengatakan keputusan berat dan luar biasa yang harus diambil Penjaga Dua Masjid Suci Raja Salman menunda sholat bagi jamaah di dua masjid suci di Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi Madinah. Hal itu, menurutnya, menegaskan Islam memposisikan kehidupan dan kesehatan sebagai prioritas.
Seperti dilansir Saudi Gazette, Jumat (15/5), Muallimi mengatakan penangguhan sholat yang terjadi untuk pertama kalinya dalam beberapa abad selama bulan suci Ramadhan telah menegaskan fakta Islam menempatkan kehidupan dan kesehatan manusia di atas semua pertimbangan. Ia mengatakan keputusan itu diambil berdasarkan arahan para ahli kesehatan masyarakat untuk membatasi penyebaran dan dampak dari virus corona.
Pernyataan Al Muallimi itu disampaikan saat dirinya berpartisipasi dalam pertemuan tingkat tinggi secara virtual yang diselenggarakan delegasi tetap Kerajaan Maroko untuk PBB yang membahas tentang peran pejabat lembaga keagamaan dari berbagai agama dalam mengatasi berbagai tantangan pandemi covid-19. Al Muallimi menegaskan keputusan yang diambil kerajaan Arab Saudi sangat sulit, terutama bagi banyak Muslim yang ingin mengunjungi tempat paling suci di bumi. Namun demikian keputusan itu mendapat dukungan dari Dewan Ulama Senior Kerajaan Arab Saudi serta badan lainnya yang serupa, juga oleh dewan di seluruh dunia.