Jumat 15 May 2020 20:48 WIB

Perdana Menteri: Kehidupan di Swedia tidak Normal

Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven mengatakan kehidupan Swedia tak seperti biasa

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Warga berada di depan pintu masuk taman kota Tradgardsforeningen di Gothenburg, Swedia. Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven mengatakan kehidupan Swedia tak seperti biasa. Ilustrasi.
Foto: Adam Ihse/EPA
Warga berada di depan pintu masuk taman kota Tradgardsforeningen di Gothenburg, Swedia. Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven mengatakan kehidupan Swedia tak seperti biasa. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven mengatakan kesan media asing Swedia mengadopsi pendekatan 'bisnis seperti biasa' dalam menghadapi virus corona adalah tidak benar. Menurutnya kerja sama yang kuat antar negara menjadi kunci mengatasi pandemi. 

Swedia memang tidak menerapkan karantina nasional. Dalam menghadapi virus mereka mencampur legislasi dan rekomendasi. Bagi surat kabar dan stasiun penyiaran asing, langkah yang diambil Swedia terhadap pandemi cukup lemah.

Baca Juga

Lofven mengatakan ia menolak narasi 'bayangkan Swedia mengambil langkah yang berbeda dari negara lain'. Ia menegaskan bukan seperti itu yang terjadi sebenarnya.

Ia mengatakan cara Swedia dalam mengelola masyarakat dibangun berdasarkan kepercayaan antara masyarakat yang memiliki 'tanggung jawab melakukan hal yang benar' dan parlemen serta pihak berwenang lainnya. Hal ini ia sampaikan dalam konferensi pers dengan media asing.

"Kehidupan di Swedia tidak normal seperti biasanya, ini bukan seperti biasanya," kata Lofven, Jumat (15/5).

Pemerintah Swedia melarang pertemuan besar serta menutup sekolah dan kampus. Pihak berwenang juga menghimbau masyarakat mematuhi peraturan pembatasan sosial, melindungi orang lanjut usia, bekerja dari rumah, dan tetap tinggal di rumah bila merasa tidak sehat.

Namun sekolah dasar tetap dibuka. Masyarakat tidak mematuhi imbauan tinggal di rumah dan dapat menggelar pertemuan kecil. Toko-toko pun tidak dipaksa untuk tutup.

Swedia sudah mencatat lebih dari 3.500 kematian terkait Covid-19. Jumlahnya jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Tapi lima kali lebih besar dari Denmark dan sepuluh kali lebih besar dari tetangga-tetangga Nordik mereka.

Beberapa politisi Denmark mengatakan cukup ragu-ragu untuk membuka kembali perbatasan dengan Swedia. Mereka menekankan tingginya angka kematian Covid-19 di negara itu.

Namun populasi Swedia memang dua kali lebih besar dari negara-negara Nordik lainnya. Lofven mengatakan Swedia tidak memiliki rencana untuk melonggarkan peraturan untuk memutus rantai penularan virus corona.

"Perang melawan Covid-19 ini adalah maraton dan sudah ada langkah yang telah diambil karena kami sangat yakin keberadaan mereka akan cukup lama," katanya.

Ia mengatakan hingga kini 'tidak ada respons yang cocok bagi semua negara'. Lofven mengatakan saat negara-negara mulai melonggarkan pembatasan maka harus ada kerja sama yang lebih baik.

"Saat ini kerja sama Uni Eropa adalah kunci untuk memerangi krisis, untuk mengatasi isu kesehatan dan konsekuensi ekonominya, respons global juga harus lebih kuat," tambah Lofven.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement