Bag mengatakan, Islam memang mencakup filsafat puasa yang sukarela yang dapat ditelusuri kembali ke Nabi Muhammad SAW. Seperti semua Muslim yang taat, Bag bahkan mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan berpuasa sebelumnya.
Ia mengutip ucapan seorang cendekiawan yang berbunyi, "Jika perutmu kosong, hatimu lembut."
Kepada Strack, Bag mengungkapkan ia dulunya merupakan seorang penambang, kemudian menjadi jurnalis. Kini, ia bekerja di kantor koperasi sebuah TK. Saat ditanya dari mana asalnya, Bag selalu menjawab "Gelsenkirchen". Bag pindah dari Turki ke kota di Lembah Ruhr bersama orang tuanya ketika ia baru berusia tujuh tahun.
Bag tinggal di kota industri itu dan mengenyam pendidikan sekolah di sana. Seperti banyak orang di kawasan itu, ia juga bekerja di tambang.
Bag tampak sedih ketika ia berbicara tentang orang tuanya. Bag mengungkapkan betapa ia mengkhawatirkan ayahnya yang berusia 74 tahun, yang harus menjalani cuci darah tiga kali sepekan. Karena pasien lain terinfeksi virus corona, ayah Bag harus dikarantina.
Sementara itu, istri Bag datang ke Jerman pada 1989 dan belum bisa menguasai bahasa Jerman. Tiga anaknya belajar di universitas atau mengikuti pelatihan profesional perguruan tinggi.
Rumeysa, yang mengenakan jilbab seperti ibunya, kini tengah menjalani pendidikan di Freie Universität Berlin untuk mendapatkan gelar master dalam Studi Islam. Rumeysa tengah mempertimbangkan mengambil gelar doktor.
Sedangkan salah satu saudara lelakinya tengah menjalani pelatihan menjadi guru sekolah TK dan yang lainnya tengah belajar bahasa Jerman dan Sejarah di perguruan tinggi pelatihan guru. Percakapan antara jurnalis DW dan keluarga Bag ini menjadi lebih santai tatkala waktu buka tiba.
Strack bertanya anak-anak Bag yang mana yang suka menonton tayangan di Netflix. Satu-per satu dari ketiga anak Bag itu mengangkat tangan mereka.