REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Betapa sering kita dikecewakan oleh perhitungan, prediksi, atau janji-janji muluk manusia? Padahal, sebagai seorang Muslim hendaknya kita berserah diri kepada Allah. Percayakan sepenuhnya pada Allah Ta'ala.
Melalui doa, berembuklah tentang beban, kesulitan, dan kegembiraan kita pada Zat Yang Mahapantas menampung beragam keluhan.
Yakinlah, ketika kita mulai mengucapkan doa, sesungguhnya kita sedang mewujudkan penyelesaian atas masalah atau krisis yang membelit kita.
Alquran menyatakan, "Dan Rabb-mu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu" (QS 40: 60).
Maka, tak ada alasan bagi orang Mukmin untuk pesimis dalam menghadapi galaunya hidup ini, dan dalam kondisi apa pun. Selain sabar dan terus-menerus bekerja, keinginan yang tulus untuk berdoa pun merupakan kekayaan yang tiada terbatas bagi kita.
Kita layak optimistis. Sebab, kita punya Allah Yang Mahakaya. Pintu rahmat-Nya selalu terbuka untuk menyambut doa-doa yang kita ucapkan.
Doa adalah formula yang paling mudah demi menyelesaikan beragam kesulitan kita; ilham saja bisa mengajarkan kita berdoa. Doa juga merupakan jalan keluar yang paling murah, tanpa harus mempertaruhkan apa pun dari kita, kecuali kesediaan kita untuk menyambut perintah Allah dan beriman kepada-Nya (QS 2: 186).
Dan, itu pun tak lain demi kebahagiaan kita semata. Rasulullah SAW adalah sosok pribadi yang paling pantas meraih kebahagiaan ini, karena segala aktivitas hidup dan kesehariannya riuh dengan doa dan doa.
Nabi Muhammad SAW sangat piawai menjalin doa dan perilaku. Tak ada perikehidupan beliau yang sepi dari doa.
Kalau doa merupakan juru bicara yang paling jujur dari ketaatan dan kepasrahan total manusia kepada Allah, maka Rasulullah adalah komunikator yang paling ulung sepanjang sejarah peradaban umat manusia.