REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Toyota Motor Corp mengatakan akan mengurangi produksi kendaraan di Jepang sebanyak 122 ribu unit pada bulan Juni. Pengurangan dilakukan karena kurangnya permintaan untuk mobil baru di tengah pandemi virus corona.
Dilansir Reuters, Sabtu (16/5), hal ini mendorong pembuat mobil Jepang itu untuk menjaga pabriknya tetap berjalan pada operasi terbatas. Penurunan produksi Toyota menggarisbawahi kondisi yang menantang bagi pembuat mobil di seluruh dunia karena dampak dari virus.
Selain permintaan yang lemah, masalah dengan pengadaan dan langkah-langkah jarak sosial di pabrik juga diperkirakan akan memukul jumlah produksi. Pembuat mobil itu mengatakan akan menghentikan produksi di semua 15 pabriknya selama empat hari pada bulan depan, sembari menghentikan produksi hingga satu pekan pada 10 lini produksinya. Termasuk untuk pembuatan mobil gasoline-hybrid Prius, sedan Corolla, dan 4Runner SUV.
Selain itu, Toyota berencana untuk mengoperasikan hanya satu shift pada lima jalur produksi bulan depan. Rencana itu akan berlanjut pada dua jalur hingga Juli bahkan Agustus.
Seorang juru bicara Toyota mengatakan pengurangan produksi mewakili pengurangan 40 persen dari rencana awal yang dibuat di awal tahun ini. Awal pekan ini, Reuters melaporkan bahwa Toyota berencana untuk memangkas hampir sepertiga produksinya di Amerika Utara hingga Oktober.
Toyota diprediksi mengalami penurunan laba operasi hingga 80 persen dalam setahun penuh. Angka tersebut merupakan capaian terendah dalam sembilan tahun belakangan.
Beberapa analis percaya bahwa penjualan mobil global di seluruh industri dapat merosot hingga sepertiga tahun ini. Pemulihan juga diperkirakan akan melambat dan merata karena meningkatnya pengangguran, dan berkurangnya pendapatan sehingga membebani pengeluaran konsumen.