REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah mendaftar untuk mengikuti program uji coba global (solidarity trial) untuk vaksin covid-19. Agenda ini dikoordinasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Koordinator nasional WHO di Indonesia, Irmansyah mengatakan WHO akan menyusun protokol mengenai uji coba vaksin. "Rasanya sudah final, nanti akan disebarkan. Kita sudah mendaftarkan diri untuk solidarity trial vaccine ini," kata Irmansyah.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ini mengatakan solidarity trial untuk vaksin bertujuan mempercepat proses pemeriksaan dan penentuan vaksin untuk penyakit akibat virus corona jenis baru (SARS-CoV-2). Umumnya, proses pengembangan vaksin butuh waktu sekitar belasan tahun. Sementara saat penentuan vaksin Ebola, peneliti membutuhkan waktu kurang lebih empat tahun
"Covid-19 ini (ditemukan, red) mungkin akhir tahun lalu, dan (virus, red) berhasil diisolasi mungkin awal tahun ini atau akhir tahun lalu, dan (vaksin, red) itu sudah ditargetkan tidak lebih dari satu tahun atau tahun ini. Itu percepatan yang luar biasa, sangat menjanjikan," ujar Irmansyah.
WHO, lewat laman resminya, menyebutkan saat ini ada sekitar 120 vaksin yang telah diusulkan dari berbagai negara di dunia untuk COVID-19. Namun, hanya enam vaksin yang telah memasuki uji klinis dan 70 lainnya masih menjalani evaluasi praklinis. Uji klinis merupakan tahapan vaksin dapat diuji coba ke manusia.
Menurut dokumen yang disusun WHO, beberapa vaksin telah digunakan untuk penyakit sejenis seperti MERS, SARS, Influenza, Tuberkulosis, dan beberapa penyakit lain, seperti Ebola, Chikungunya, Zika, MenB, Flu A, Hepatitis C, dan H7N9.
Merujuk pada dokumen yang sama, produsen vaksin merupakan perusahaan bioteknologi dan institut yang beberapa di antaranya berasal dari China, Inggris, Amerika Serikat, Swedia, Jepang, Kanada, Italia, India, Jerman, Spanyol, dan Rusia.