REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN — Raja Yordania Abdullah II menyoroti rencana Israel mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat. Dia memperingatkan jika hal itu dilakukan, akan terjadi konflik besar antara negaranya dan Israel.
“Jika Israel benar-benar menganeksasi Tepi Barat pada bulan Juli, itu akan menyebabkan konflik besar-besaran dengan Kerajaan Hashemite Yordania," kata Raja Abdullah II dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman Der Spiegel yang diterbitkan Jumat (15/5), dikutip laman Anadolu Agency.
Selain itu, pencaplokan Tepi Barat akan memunculkan lebih banyak kelompok ekstremisme. “Apa yang akan terjadi jika Otoritas Nasional Palestina runtuh? Akan ada lebih banyak kekacauan dan ekstremisme di wilayah ini,” ujar Raja Abdullah II, seperti dilaporkan NBC News.
Dia mengaku tak ingin membuat ancaman atau suasana perselisihan. “Tapi kami sedang mempertimbangkan semua opsi. Kami setuju dengan banyak negara di Eropa dan komunitas internasional bahwa hukum kekuatan tidak boleh diterapkan di Timur Tengah,” ucapnya.
Pemerintahan koalisi Israel yang dipimpin Benjamin Netanyahu dan Benny Gantz telah sepakat membawa rencana pencaplokan Tepi Barat ke parlemen Israel (Knesset). Pemungutan suara di Knesset dijadwalkan dilakukan pada 1 Juli mendatang. Rencana aneksasi diyakini memperoleh banyak dukungan.
Pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat tercantum dalam rencana perdamaian yang disusun pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Dalam rencana itu, AS pun menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang tak terbagi.
Duta Besar AS untuk Israel David Friedman telah mengatakan negaranya siap mengakui kedaulatan Israel atas sebagian wilayah Tepi Barat jika pencaplokan dilakukan. Namun sebelum hal itu dilakukan, Israel harus memenuhi syarat-syarat yang termaktub dalam rencana perdamaian.