REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Atletik Dunia Sebastian Coe mengutarakan bahwa para pemimpin organisasi olahraga bisa saja melanggar aturan pembatasan sosial atau lockdown di tengah pandemi Covid-19 guna kembali melaksanakan agenda besar. Coe mengungkapkan rasa frustrasi yang dirasakan oleh banyak kepala organisasi olahraga yang punya keinginan kuat untuk memulai kembali acara besar meski Covid-19 telah memakan banyak korban di seluruh dunia.
"Kita diarahkan oleh pemerintah, WHO, dan otoritas lokal tentang apa yang harus dilakukan, tetapi kita juga harus membuat keputusan sendiri dan membuat pengecualian yang masuk akal," kata Coe dalam laporan AFP, mengutip sesi wawancara dengan sebuah saluran televisi, Sabtu (16/5).
Menurut dia, akan ada saatnya ketika sebuah organisasi olahraga memutuskan siap untuk menggelar acara meski tanpa persetujuan dari pihak berwenang. Menurut dia, ini bukan karena organisasi tersebut tak menaruh respek.
"Tetapi kita juga harus membuat keputusan demi kepentingan terbaik olahraga ini dan atlet kami," katanya menegaskan.
Atletik, sebagaimana cabang olahraga utama lainnya, menghadapi situasi berat pada sektor keuangan dan penjadwalan agenda perlombaan, termasuk oleh penundaan Olimpiade 2020 di Tokyo. Kejuaraan atletik dunia yang direncanakan di 2021 juga harus diundur satu tahun untuk menyesuaikan dengan jadwal Olimpiade yang diundur pada tahun yang sama sehingga tidak terjadi bentrokan jadwal.
Pada kesempatan itu, Coe juga mengatakan bahwa tidak ada yang bisa memberikan jaminan bahwa Olimpiade akan bisa diadakan.
"Berspekulasi tentang suatu agenda yang mundur lebih dari satu tahun adalah yang tak bisa dipastikan. Kami berusaha memberi kejelasan kalender pada atlet, namun spekulasi dari ilmuwan dan ahli medis nyatanya tidak membantu," kata mantan kepala Olimpiade London 2012 itu.
Ia berharap pandemi ini bisa dihentikan sehingga tidak harus membatalkan Olimpiade Tokyo.