Ahad 17 May 2020 06:20 WIB

New Normal, Asati: Tawarkan Destinasi Wisata Alternatif

Pelaku bisnis agen perjalanan wisata diserukan beradaptasi dengan new normal.

Kawasan wisata Pantai Kuta di Badung, Bali, Ahad (29/3/2020). Pengusaha agen perjalanan wisata disebut bisa tawarkan destinasi alternatif untuk menghindari overtourism dan mengikuti protokol kesehatan.
Foto: ANTARA /Fikri Yusuf
Kawasan wisata Pantai Kuta di Badung, Bali, Ahad (29/3/2020). Pengusaha agen perjalanan wisata disebut bisa tawarkan destinasi alternatif untuk menghindari overtourism dan mengikuti protokol kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Sales Travel Indonesia (Asati) menyarankan agar kalangan pelaku bisnis agen perjalanan wisata bisa memberikan destinasi alternatif. Hal itu dianggap penting dalam rangka menghadapi kondisi normal baru terkait Covid-19.

"Kita bisa memberikan destinasi alternatif, seperti kota kedua atau daerah lainnya di Indonesia yang tidak mesti populer," ujar Ketua Umum Asati, Syukri Machmud dalam seminar daring di Jakarta, Sabtu.

Baca Juga

Syukri mengatakan bahwa penawaran destinasi alternatif kepada para wisatawan tersebut dalam rangka menghindari overtourism dan mengikuti protokol kesehatan di destinasi wisata populer. Selain itu, Ketua Umum Asati tersebut juga menyarankan agar pelaku bisnis agen wisata mengikuti tren digital agar bisa bertahan dalam kondisi normal baru.

"Para pelaku travel agent harus mengikuti tren digital dan tidak lagi mengandalkan walk in service," katanya.

Dalam paparannya, Syukri mengatakan bahwa agen wisata juga harus bisa mengeksplorasi destinasi-destinasi wisata yang bisa merepresentasikan kekayaan dan keragaman budaya alam Indonesia. Mereka juga harus memperkenalkan nilai-nilai tradisi warisan budaya Indonesia untuk dikenali lebih mendalam, dikemas ulang untuk menjadi produk menarik yang unik serta otentik dalam skala dunia.

Pelaku bisnis agen wisatajuga harus mampu menyajikan destinasi-destinasi pariwisata Indonesia dalam industri kreatif melalui sentuhan teknologi modern, seperti animasi. Sebelumnya program desa wisata yang sedang bergaung di sejumlah daerah itu merupakan hal yang positif dan sangat potensial untuk dijadikan sebagai alternatif dari destinasi atau tujuan utama dari berbagai lokasi pariwisata Tanah Air.

Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda mengatakan bahwa jika ada destinasi super prioritas semestinya harus ada destinasi alternatif. Desa wisata adalah destinasi alternatif yang menjadi penyangga dari destinasi prioritas tersebut.

"Wisatawan terkadang tidak mampu bertahan lama di destinasi utama dan merasa jenuh, sehingga mencari alternatif hiburan lainnya," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement