REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Pandemi virus corona Covid-19 telah menjangkiti 38 komunitas suku adat di Brasil. Ironisnya, kondisi itu malah dimanfaatkan oleh penambang dan penebang liar untuk merambah tanah adat.
"Virus ini mencapai wilayah adat di seluruh Brasil dengan kecepatan yang menakutkan," kata Asosiasi Masyarakat Adat Brasil (APIB) dalam pernyataannya yang dikutip Aljazirah, Jumat (15/5).
Berdasarkan survei yang dilaksanakan APIB, ditemukan 446 anggota masyarakat adat yang terjangkit virus corona dan 92 di antaranya meninggal dunia. Kebanyakan kasus positif itu menyerang masyarakat adat di kawasan hutan Amazon Brasil.
Salah satu korban meninggal adalah Messias Kokama (53 tahun) pemimpin komunitas adat Parque das Tribos. Prosesi pemakamannya sesuai protokol penanganan jenazah korban Covid-19. Ia dibungkus dalam plastik dan menggunakan peti mati.
Adapun total kasus Covid-19 di Brasil telah mencapai 220.000. Sebanyak 15.000 di antaranya meninggal dunia. Kendati demikian, para ahli meyakini jumlah kasus 15 kali lebih besar dari angka di atas lantaran masih kurangnya pengujian.
Sementara itu, kelompok hak asasi Survival Internasional mengatakan, wabah Covid-19 yang melanda masyarakat adat dijadikan celah oleh penambang dan penebang liar untuk merambah tanah adat.
"Tanah adat yang tak terhitung jumlahnya sedang diserbu, dengan dukungan dari pemerintah yang ingin sepenuhnya menghancurkan masyarakat pertama negara itu dan tidak berusaha menyembunyikannya," kata Survival Internasional.
Kritik kelompok hak asasi ini mengarah ke Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Politisi sayap kanan itu tengah berupaya untuk membuka tanah adat yang dilindungi untuk digunakan sebagai areal pertanian dan pertambangan.