Ahad 17 May 2020 12:49 WIB

Demonstran di Kawasan Orang Kaya Spanyol Protes Krisis Covid

Pemerintah Spanyol dinilai tak becus dan telah memicu gelombang krisis.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas kesehatan Monica Rodriguez menggunakan alat pelindung diri saat menerima Layanan Darurat Madrid (SUMMA) unit UVI-6  di tengah wabah coronavirus di Madrid, Spanyol, Kamis (7/5). Para pekerja ambulans yang kelelahan di Madrid khawatir bahwa kebangkitan infeksi coronavirus dapat menular kepada petugas ambulan sebagai garda terdepan.
Foto: AP / Bernat Armangue
Petugas kesehatan Monica Rodriguez menggunakan alat pelindung diri saat menerima Layanan Darurat Madrid (SUMMA) unit UVI-6 di tengah wabah coronavirus di Madrid, Spanyol, Kamis (7/5). Para pekerja ambulans yang kelelahan di Madrid khawatir bahwa kebangkitan infeksi coronavirus dapat menular kepada petugas ambulan sebagai garda terdepan.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Gelombang protes muncul terhadap  pemerintah Spanyol yang dinilai memicu krisis akibat tak becus tangani virus Corona, Sabtu (16/5). Warga turun ke jalan dan berkumpul ketika pemerintah masih menerapkan lockdown.

Aksi demonstrasi terjadi di lingkungan Salamanca, tempat orang-orang kaya di Madrid. Beberapa ratus orang berkumpul, meskipun ada upaya polisi untuk menegakkan aturan jarak sosial.

Baca Juga

Bendera Spanyol terlihat berkibar dengan teriakan mengatakan “viva Espana!” menggema sepanjang protes. Beberapa mencela pemerintah sayap kiri sebagai komunis yang ingin menghancurkan negara itu.

"Saya menentang semua tindakan yang telah digunakan pemerintah ini untuk mengelola virus korona," kata seorang bankir yang mengikuti protes tersebut, Jose Flores.

Dalam sebuah video yang dibagikan secara luas di media sosial, spanduk besar yang menggambarkan wajah Perdana Menteri Pedro Sanchez dengan kata "patuh" yang terpampang di bawahnya terbentang dari blok menara Madrid.

"Mereka perlu menguji semua orang sehingga orang sehat dapat kembali bekerja dan kita dapat memulai kembali ekonomi," kata seorang demonstran lain di Salamanca, Carlos.

Carlon menyatakan, setelah virus Corona berakhir, warga masih harus menghadapi virus berikutnya, yaitu pemerintahan Sanchez dan Wakil Presiden Pablo Iglesias. Pemerintahan Spanyol saat ini dinilai akan menghancurkan 47 juta raytanya.

Protes serupa juga terjadi di Zaragoza dan kota selatan Seville. Meski beberapa kota melakukan protes, Sanchez tidak menyatakan larangan dan menekankan agar warga tetap mematuhi peraturan jarak sosial yang berlaku.

Pemerintah Spanyol sedang mempersiapkan memperpanjang keadaan darurat akibat virus Corona untuk terakhir kalinya hingga akhir Juni.  "Jalan yang kami ambil adalah satu-satunya yang mungkin," kata Sanchez.

Sanchez akan meminta parlemen untuk perpanjangan sekitar satu bulan hingga akhir Juni untuk membuat sebagian besar negara kembali normal. Spanyol pertama kali menetapkan keadaan darurat pada 14 Maret.

Angka kematian Covid-19 di Spanyol menurut Kementerian Kesehatan, naik 102 menjadi 27.563 pada Sabtu. Ini merupakan peningkatan terendah dalam 24 jam sejak 18 Maret. Kasus virus korona yang dikonfirmasi naik menjadi 230.698 dari 230.183 kasus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement