Senin 18 May 2020 00:00 WIB

Tidak Ada Jaminan Vaksin Covid-19 akan Cepat Ditemukan

Pakar di bidang epidemiologi mengatakan sangat mungkin Covid-19 ini tidak bisa punah.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyampaikan konferensi pers terkait kunjungannya ke kantor MUI, Jakarta, Ahad (17/5). Dalam kunjungan tersebut membahas tentang rencana kegiatan gerakan moral bangsa sebagai implementasi dari 4 sehat 5 sempurna dengan menerapkan protokol covid-19 kepada masyarakat agar menerapkan pola hidup sehat
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menyampaikan konferensi pers terkait kunjungannya ke kantor MUI, Jakarta, Ahad (17/5). Dalam kunjungan tersebut membahas tentang rencana kegiatan gerakan moral bangsa sebagai implementasi dari 4 sehat 5 sempurna dengan menerapkan protokol covid-19 kepada masyarakat agar menerapkan pola hidup sehat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo berkesempatan menyampaikan tentang virus corona atau Covid-19 kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini menjelaskan tentang kapan Covid-19 ini akan berakhir.

"Penjelasan yang saya sampaikan (kepada MUI) adalah tentang berapa lama Covid-19 ini akan berakhir, yang semula ada harapan ditemukannya vaksin ternyata hari ini pun tidak ada jaminan vaksin akan ditemukan dalam waktu yang singkat," kata Doni kepada Republika.co.id di Kantor MUI Pusat, Ahad (17/5).

Baca Juga

Ia menerangkan, pakar di bidang epidemiologi yang mengatakan sangat mungkin Covid-19 ini tidak bisa punah. Artinya kita harus menyiapkan sebuah strategi dan kontinjensi untuk menghadapi wabah ini.

Sinergi antara pemerintah dan semua komponen bangsa selama ini selalu dikampanyekan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Supaya tercipta kolaborasi pentahelix berbasis komunitas. Di sana ada pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, pakar, dunia usaha, komunitas, tokoh-tokoh terutama para ulama, komponen media dan masyarakat.

"Kalau komponen ini bisa bersatu padu ikut memberikan upaya-upaya meningkatkan kesadaran kolektif terhadap upaya pencegahan (Covid-19) mungkin ini akan jauh lebih efektif," ujarnya.

Letnan Jenderal TNI ini mengenang masa kecilnya saat duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu ada kampanye tentang empat sehat lima sempurna. Yakni gerakan untuk makan makanan yang terdiri nasi, lauk pauk, sayur, buah-buahan dan susu. Internalisasi nilai-nilai gerakan empat sehat lima sempurna kepada nilai-nilai saat ini sedang berlangsung.

Untuk itu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 merancang suatu konsep empat sehat lima sempurna zaman ini untuk menghadapi Covid-19. Pertama, selalu menggunakan masker. Kedua, atur jarak sehat yang sudah dikenal sebagai //physical distancing dan //social distancing.

Ketiga, sesering mungkin untuk mencuci tangan. Keempat olahraga yang teratur, istirahat yang cukup, dan tidak panik. Kelima, memakan makanan yang bergizi.

"Kalau ini kita bisa lakukan bersama-sama secara paralel dengan seluruh komponen terutama para pimpinan agama maka masyarakat di lapis bawah akan mudah menerima (gerakan ini), sehingga bangsa kita lebih siap menghadapi wabah (Covid-19) ini yang sampai sekarang kita tidak tahu sampai kapan akan berakhir," ujarnya.

Doni berharap MUI bisa menjadi pelopor dan menjadi ujung tombak untuk membantu pemerintah termasuk membantu semua komponen bangsa. Sehingga mampu mencegah penyebaran Covid-19 agar masyarakat tidak tertular.

Nilai-nilai emat sehat lima sempurna ini akan mudah diingat oleh masyarakat. Mungkin masyarakat yang berusia di atas 50 tahun sudah tidak asing dengan empat sehat lima sempurna. Tapi anak muda sekarang mungkin jarang mendengarnya lagi. "Jadi kami mengajak menggunakan kata-kata yang mudah dikenal oleh orang-orang tua dan mungkin juga tidak sulit untuk diikuti oleh generasi muda sekarang ini," ujarnya.

MUI juga akan segera meluncurkan gerakan moral bangsa untuk menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19. Gerakan moral bangsa tersebut bentuknya gaya hidup empat sehat lima sempurna. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement