REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah wafatnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu anhu ditunjuk sebagai khalifah. Namun penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah diawali perdebatan antara kaum Muhajirin dan Anshar.
Dikutip dari buku Inilah Faktanya dari 'Utsman bin Muhammad al-Khamis, Imam al-Bukhari meriwayatkan: Isma'il bin 'Abdullah menceritakan kepada kami: Sulaiman bin Bilal menceritakan kepada kami dari Hisyam bin 'Urwah: 'Urwah bin az-Zubair: mengabarkan kepadaku dari Aisyah radhiyallahu anha, istri Nabi, ia menuturkan tidak lama setelah Rasulullah wafat, orang-orang Anshar berkumpul menghadap Sa'ad bin 'Ubadah di saqifah Bani Sa'idah dan berkata: "Kami akan mengangkat pemimpin kami, dan silakan kalian mengangkat pemimpin kalian". Maka Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, dan Abu 'Ubaidah bin al-Jarrah mendatangi mereka.
Kemudian Umar radhiallahu anhu hendak maju untuk berbicara, tetapi Abu Bakar menyuruhnya diam. Umar menuturkan: "Demi Allah, aku berinisiatif angkat bicara terlebih dahulu karena telah mempersiapkan perkataan yang bagus. Aku khawatir apa yang akan dikatakan Abu Bakar tidak seperti perkataan yang telah kupersiapkan".
Ternyata, Abu Bakar berbicara dengan sangat lugas. Di antara isi pembicaraannya adalah: "Kami yang menjadi para pemimpin, dan kalian menjadi para penasihatnya".