REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan pelatih Arsenal, Arsene Wenger, mengomentari krisis di Liga Primer Inggris pasca-pandemi covid-19. Tak bisa dimungkiri, klub-klub Negeri Ratu Elizabeth menghadapi masalah keuangan.
Itu karena kompetisi terhenti, otomatis lebih banyak pengeluaran dibandingkan pemasukan. Krisis ini terjadi dalam jangka waktu yang tak bisa ditentukan.
Klub kecil, menurut Wenger, berhadapan dengan situasi serius, bahkan terancam mengalami kebangkrutan. Ia menilai saatnya tim dengan kekuatan finansial bagus, membantu para medioker.
"Tentu saja. Solidaritas diperlukan. Di Inggris, ada 92 klub profesional, Sebanyak 20 klub di EPL, sisanya 72 (di divisi lebih rendah). Sekitar 65 di antaranya berada dalam situasi keuangan berbeda. Sesuatu perlu dilakukan atau akan ada banyak klub yang 'mati' setelah periode ini," kata sosok yang kini bekerja di FIFA itu, dikutip dari Sportskeeda, Senin (18/5).
Selebihnya, Wnger merasa liga pun bertanggung jawab atas situasi ini. Penyelenggara bisa memberikan bantuan pada klub-klun di divisi bawah.
Beberapa kebijakan diterapkan demi menyeimbangkan neraca keuangan klub. Salah satunya pemotongan gaji pemain.
Wenger sepakat itu untuk periode tertentu. Tapi untuk jangka panjang, ada pembelajaran nyata.
"Dengan semua uang yang diperoleh dari media (TV), dari pendapatan-pendapatan lainnya, mungkin bisa disisihkan untuk dana darurat, kalau bencana seperti ini terjadi lagi. Jadi liga memiliki cukup dana untuk membantu klub," jelas Wenger.
Pihak klub pun demikian. Menurut Wenger, selama masih membesut the Gunners ia sudah memikirkan konsep tersebut.