Senin 18 May 2020 13:35 WIB

Kementan Gandeng Cap Lang Produksi Massal Antivirus Corona

Kementan akan mematenkan tiga produk antivirus berbasis eucalyptus.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Inovasi antivirus berbasis eucalyptus yang diluncurkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi angin segar di tengah pandemi covid-19 yang masih merebak khususnya di Indonesia.
Foto: Kementan
Inovasi antivirus berbasis eucalyptus yang diluncurkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) menjadi angin segar di tengah pandemi covid-19 yang masih merebak khususnya di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) resmi menggandeng PT Eagle Indo Pharma sebagai mitra lisensi Balitbangtan dalam memproduksi antivirus corona berbasis eucalyptus. Produsen Cap Lang itu diharapkan bisa mempercepat produksi massal temuan Kementan agar bisa dijangkau masyarakat.

"Sejak kita temukan bahwa eucalyptus bisa menjadi antivirus (corona) permintaan cukup banyak. Karena itu kita perlu menggandeng perusahaan supaya ini bisa cepat diproduksi," kata Kepala Balitbangtan Kementan, Fadjry Djufry di Bogor, Senin (18/5).

Berdasarkan pengujian Balitbangtan, tanaman yang paling efeketif sebagai antivirus corona adalah tanaman eucalyptus dengan kandungan senyawa aktif 1,8 cineol. Beberapa prototipe produk sudah diproduksi secara manual oleh Kementan sehingga membutuhkan bantuan swasta untuk komersialisasi.

Ia menuturkan, terdapat tiga temuan Balitbangtan dalam bentuk produk yang telah mendapatkan nomor paten. Yakni formula aromatik (roll on) antivirus berbasis minyak eucalyptus, ramuan inhaler antivrirus berbasis eucalyptus dan proses pembuatannya, ramuan serbuk (kalung antivirus) eucalyptus nanoenkapsulat antivirus berbasis eucalyptus.

Tiga produk yang telah dipatenkan itu akan dikerjasamakan secara ekslusif dengan Cap Lang sehingga bisa diproduksi massal. "Sebagai mitra kerja, Cap Lapng punya kewajiban untuk memproduksi teknologi itu dengan supervisi dari Balitbangtan," kata Fajdry.

Selain itu, terdapat pula temuan keempat yakni minyak atisiri eucalyptus citridora sebagai antivirus terhadap virus avian influenza H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus yang masih dalam proses pematenan. Namun, temuan tersebut akan dikerjasamakan secara noneksklusif agar bisa digunakan oleh banyak perusahaan.

Fajdry menjelaskan, dari kerja sama lisensi bersama pihak swasta, Balitbangtan akan mendapatkan imbalan royalti atas penjualan produk/teknologi yang dikembangkan. Cap Lang sebagai perusahaan swasta yang telah dikenal diharapkan bisa mempercepat proses produksi untuk membantu upaya pencegahan pandemi Covid-19.

Adapun untuk proses uji klinis, Fadjry menuturkan, Balitbangtan telah berkoordinasi langsung dengan Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Menurut dia, proses tersebut bisa dilakukan secara paralel karena situasi mendesak dan sifat produk temuan yang bukan merupakan obat oral.

"Sebetulnya eucalyptus ini kan sudah turun temurun dan puluhan tahun digunakan orang. Hanya yang kita temukan ini bahwa eucalyptus bisa digunakan sebagai antivirus," kata Fajdry.

Ia pun menargetkan proses di BPOM beserta pengujian klinisnya bisa selesai dalam waktu satu bulan ke depan agar produksi oleh Cap Lang bisa segera dimulai.

Chief Executive Officer PT Eagle Indo Pharma, Susanti Halim, menambahkan, pihaknya sudah memiliki produk minyak kayu putih serta berbagai produk turunan minyak aromatik yang digunakan konsumen. Cap Lang, kata dia, sudah melakukan uji-uji standar terhadap temuan Kementan dan telah terbukti memiliki senyawa cineol 1,8.

Hanya saja, pihaknya tak menjelaskan lebih lanjut soal tahapan produksi dan rencana detail komersialisasi. "Kami sudah melakukan uji dan kami percaya produk ini bisa membantu penanggulangan Covid-19," tuturnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement