REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran memperingatkan Amerika Serikat (AS) untuk tidak mengerahkan angkatan laut mereka ke Laut Karibia dan mengganggu kapal tanker minyak Iran menuju Venezuela. Berdasarkan analisa, pengiriman minyak lima kapal tanker berbendera Iran membawa minyak senilai puluhan juta dolar AS ke Venezuela.
Dalam suratnya ke Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Menlu Iran Javad Zarif memperingatkan intervensi AS di Karibia. "Menciptakan gangguan pengiriman bahan bakar Iran ke Venezuela," kata Zarif dalam surat tersebut seperti dilansir Aljazirah, Senin (18/5).
Ia mengatakan tindakan tersebut 'ilegal dan bentuk dari pembajakan'. Berdasarkan pernyataan Kementerian Luar Negeri Iran, Zarif mengancam AS akan menerima konsekuensinya.
Salah satu pejabat pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengatakan AS mempertimbangkan langkah yang dapat diambil dalam pengiriman bahan bakar Iran ke Venezuela. Kantor berita Iran Fars News melaporkan mereka menerima informasi empat kapal tempur AS berada di Karibia untuk 'kemungkinan konfrontasi dengan tanker Iran'.
Wakil Menlu Iran Abbas Araghchi memanggil duta besar Swiss yang mewakili kepentingan AS di Teheran. Dalam pertemuan itu Araghchi memberikan 'peringatan serius'. Ia mengatakan ancaman terhadap kapal tanker Iran akan berhadapan dengan 'respons cepat dan sepadan'.
AS memberlakukan sanksi unilateral untuk menghentikan ekspor minyak Iran dan Venezuela, dua produsen minyak mentah terbesar di dunia. Lima kapal tanker Iran yang tampaknya membawa minyak senilai 45,5 juta dolar berupa bensin dan produk sejenis sedang berlayar menuju Venezuela. Pengiriman ini dilakukan saat hubungan Teheran dan Washington kian memanas.
Tanker dikirimkan setelah Presiden Nicolas Maduro meminta bantuan Iran untuk mengirimkan bahan kimia ke kilang minyak yang sudah tua. Permintaan ini diajukan setelah Venezuela mengalami kelangkaan bensin, salah satu gejala krisis ekonomi dan kekacauan politik negara Amerika Latin tersebut.
Bagi Iran kapal tanker itu dapat membawa uang bagi mereka. Sejak Trump memberlakukan sanksi ekonomi, Iran tidak bisa menjual minyak mereka. Namun langkah ini mengundang konfrontasi baru dengan AS setelah serangkaian konflik tahun lalu yang juga seputar kapal tanker minyak.
"Bagi semua orang ini sepertinya baru, kami belum pernah melihat ini sebelumnya," kata analis yang melacak kapal tanker minyak di perusahaan data Refinitiv, Kapten Ranjith Raja.
Semua kapal tanker ini milik perusahaan minyak pemerintahan Iran dan berlayar dengan bendera Iran. Sebagai bagian untuk menekan Teheran, tahun lalu kapal tanker Iran disita di Gibraltar.