REPUBLIKA.CO.ID, Berikut ini kami muat kata pengantar buku terbaru Ustadz Abdul Somad (UAS) yang hari ini meluncurkan buku bertajuk 'Guru Mengaji Dari Kampung. Buku ini berkisah tentang kiprah UAS selama menjadi pendakwah yang menemui berbagai orang di banyak wilayah. Begini sebagian tulisan tersebut yang bisa menjadi sarana untuk tahu mengenai latar belakang buku tersebut.
Kesaksian yang Tulus
Bismillahirahmannirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Salawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada hamba pilihan, Nabi Muhammad SAW, yang diutus sebagai rahmat untuk semesta alam. Juga semoga tercurah kepada keluarganya yang baik dan suci, kepada para sahabatnya yang mulia dan penuh berkah, serta kepada segenap yang mengikuti jalannya dan berpedoman dengan petunjuknya hingga hari pembalasan.
Buku MENJADI GURU MENGAJI; 43 Kisah Bersama Ustadz Abdul Somad, memuat kesaksian 56 orang yang kenal, baik langsung maupun tidak langsung dengan sosok seorang UAS. Walaupun penulisnya ada 56 nama, namun, semuanya terangkum dalam 43 tulisan saja, sesuai dengan usia UAS tepat bulan Mei 2020 ini, genap berusia 43 tahun.
Buku ini juga terwujud berkat adanya pandemi Covid 19 yang membuat masyarakat memilih stay at home. Tidak bisa kemana-mana. Jangankan untuk safari dakwah bersama UAS, bahkan untuk sholat berjamaah di masjid dan juga sholat jumat, pun ditiadakan. Katanya, ini dilakukan untuk mengurangi lajunya penyebaran virus yang bersumber dari kota Wuhan, Cina itu.
Stay at home telah memberi ruang dan waktu yang banyak untuk melahirkan ide dan mewujudkannya. Salah satunya adalah terbitnya buku ini, MENJADI GURU MENGAJI; 43 kisah bersama Ustadz Abdul Somad. Buku ini hadir memenuhi ruang relung qalbu pembaca supaya lebih mengenal sosok ustadz yang saat ini viral dimana-mana. Tidak saja dikenal karena penguasaan dan kedalaman pemahaman akan agama, tetapi sikap dan sifat kesehariannya yang bersahaja dan tawadhu, sehingga membuat orang yang mengenal beliau menjadi takjub dan senang. Seperti apa keluruhan budi beliau, semuanya terangkum dalam buku ini. Buku ini adalah kumpulan kisah tentang sosok personal sang ustadz yang disampaikan oleh teman sejawat dan para guru dan ustadz dari berbagai kalangan.
Kami mengucapkan salam takzim kepada Tuan Guru Syaikh Dr. Zikmal Fuad, (Mursyid Thoriqoh Naqsabandiyah Besilam, Langkat), yang secara khusus telah berkirim surat kepada Ustadz Abdul Somad. Surat dari seorang mursyid untuk muridnya layaiknya surat dari seorang kakak untuk seorang adik. Juga kepada KH Hasan Abdullah Sahal, (Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor), yang bercerita bagaimana seorang UAS dimata civitas pondok modern Gontor. Tentu semua itu tidak terlepas dari kesan yang telah diberikan UAS saat berkunjung ke Gontor beberapa waktu yang lalu.
Kami juga mengucapkan rasa takzim kepada KH. Bachtiar Nasir (Pimpinan AQL Islamic Center dan Sekjen MIUMI), Ustadz Ismail Yusanto (Intelektual Muslim Indonesia), Fahri Hamzah (Negarawan), Prof. DR. Norarfan Zainal (Rektor UNISSA Brunei Darussalam), dan Syekh Muhammad Jaber (Ahli Al Quran), yang dalam kesibukan meraka, masih menyediakan waktu untuk berbagi pengalaman tentang UAS. InsyaAllah apa yang mereka tulis sangat bermanfaat bagi pembaca yang ingin memahami UAS lebih dekat lagi.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Ustadz Salim A Fillah (Jogjakarta), Ustadz Felix Y. Siauw (Jakarta), Ustadz Hanan Attaki (Bandung), Habib Muhammad Bin Anies Shahab (Malang, Jawa Timur), dimana bersama UAS mereka membentuk komunitas Barisan Bangun Negeri (BBN). Tentu kesaksian meraka tidak terlepas dari pengalaman mereka sejak berinteraksi dengan UAS sampai kemudian membentuk komunitas BBN, yang merupakan perkumpulan para asatiz, yang memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun jaringan dakwah, dan menawarkan konsep dakwah yang bersilabus dan tearah dan punya target jangka pendek dan jangka panjang.
Kesaksian-kesaksian Habib Muhammad Hanif bin Abdurrahman Alathas, Lc (Ketua DPP FPI), Ustadz Abdullah Saleh Hadrami (Malang), murid langsung dari Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaiin Rahimahullah, makin mempertegas bahwa konsep dakwah yang mencerahkan yang disampaikan UAS sangat pas dengan kondisi umat Islam saat ini. Diitambah lagi dengan kesaksian yang disampaikan KH. Muhammad Idrus Ramli (NU Garis Lurus), Ustadz Dery Sulaiman (Jakarta), Habib Novel bin Muhammad Alaydrus (Solo), dan Ustadz Das'ad Latif, M.Si, PhD (Makasar), telah memperlihatkan kepada kita tentang sosok UAS. Paling tidak kesan itu muncul sepanjang mereka kenal dengan UAS.
Cerita yang disajikan Dr. Muhammad Zaki Abdillah, Lc. MA (Lombok, NTB), M. Riza Nurdin, Lc., MA., PhD (Peneliti di Universiti Malaya, Kuala Lumpur), Ahmad Dzulfikar, Lc., MA (Peterjemaah, Guru Ngaji), Dr. Zahrul Fata, Lc., MA (Dosen Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor Ponorogo), Dr. H. Faisal Saleh, Lc, M.Si (Ketua Pengadilan Agama Siak Sri Indrapura) Dr. Hermanto Harum, Lc., MA (Dosen UIN Sultan Thaha Jambi), telah membuka mata kita bagaimana UAS dahulu dengan UAS setelah viral seperti saat ini. Semuanya tersaji dalam buku ini.
Dr Andri Rosadi (Dosen UIN Imam Bonjol Sumatera Barat), Dr. Firdaus Abdul Rahman, SE. M.Si, Ak,. CA (Dekan Fakultas Ekonomi UIR, Pekanbaru), Prof Madya Dato' Dr Mohd Izhar Ariff bin Mohd Kashim, (Pensyarah Fiqh Fatwa Semasa Fakulti Pengajian Islam, UKM), H.Jon Erizal SE MBA (Anggota DPR RI), H. Hardi S Hood, PhD (Anggota DPP RI 2009-2019), Taufik Ikram Jamil (Sastrawan), Darulhuda, SH., S.Pd., M.Pd., MH (Jurnalis/aktifis Perempuan), Nanang Syaifurrozi (Ketua Muslim United), Jogjakarta, Ustadz H. Zulhendri Rais, Lc., MA (Ketua Masjid Raya An Nur Pekanbaru), Ustadz H. Alnof Dinar, Lc (Dompet Dhu'afa), dan Irfan Junaidi : Jurnalis/ Republika juga mencoba merekam jejak dakwah seorang UAS. Tidak saja sebagai sumber inspirasi, tetapi juga sosok ustadz yang memiliki kedalaman pengetahuan.
******
Ketika dihubungi Republika.co.id terkait terbitnya buku tersebut UAS mengatakan mengapresiasi peluncuran buku tersebut yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya, Senin (18/5) ini. Ia juga berterima kasih kepada pihak penulis, Hendriyanto, yang telah menyunting buku ini dengan amat baik, meskipun dengan durasi yang relatif singkat--hanya sekitar 1 bulan.
Menurut UAS, hadirnya buku ini adalah salah satu bukti tumbuh berkembangnya semangat literasi umat Islam saat ini.
"Kita kenal Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafii, Imam Nawawi, dan lain-lain itu bukan karena istana mereka, harta mereka, atau anak cucu mereka, melainkan karena buku-buku mereka. Maka, menulislah, tinggalkanlah legacy sebelum mati. Menulislah, supaya orang di masa akan datang tahu, bahwa engkau pernah hidup di masa lalu," tutur UAS.