REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Ketika Mohammad mulai mencoba narkoba di akhir masa remajanya, yang dilakukannya bukan hanya ilegal, tapi dilarang oleh kepercayaannya. "Dimulai dengan bong [ganja], minuman keras, lantas kokain ..." ia mengingat yang dilakukannya.
Mohammad, yang hanya ingin nama depannya disebut, telah menghabiskan ribuan dollar untuk memuaskan kecanduannya selama bertahun-tahun. Selama kecanduan, ia juga kehilangan hal-hal yang paling ia cintai dalam hidup.
"Saya kehilangan pernikahan saya karena narkoba, saya kehilangan putri saya untuk beberapa waktu karena narkoba, saya kehilangan keluarga saya," katanya.
"Itu adalah saatnya di mana saya tahu bahwa jika saya tidak berubah, saya akan mati. Hanya ada dua pilihan itu untuk saya."
'Kamu seharusnya sejak awal tidak mengonsumsi narkoba'
Di seluruh Australia, diperkirakan ada ratusan ribu orang yang kebutuhannya untuk mendapat layanan rehabilitasi narkoba dan alkohol tidak terpenuhi karena masalah "kekurangan dana". Untuk Mohammed, jalan menuju hidup bebas narkoba juga menjadi lebih rumit karena agamanya. Dalam Islam, hal-hal yang memabukkan sama sekali tidak diizinkan.
"Sulit terbuka pada anggota keluarga yang lain karena kami tidak seharusnya mengonsumsi [narkoba atau alkohol] sejak awal, jadi itu bisa jadi kenyataan yang mengagetkan untuk beberapa anggota keluarga, tergantung seberapa religius mereka."
Mohammad sudah meminta pertolongan dari layanan rehabilitasi di luar komunitasnya, tetapi ia mengaku tidak pernah merasa benar-benar merasa nyaman dengan salah satu penasihatnya, sehingga tak ada kemajuan. Kemudian ia mendengar tentang 'Hayat House', layanan rehabilitasi ketergantungan alkohol dan narkoba bagi komunitas Muslim di Sydney. Akhirnya, ia menemukan kecocokan.
"Karena ini tempat [rehabilitasi] untuk umat Muslim, saya tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi ini seakan membuat saya lebih merasa nyaman untuk terbuka [pada para penasihat]," kata Mohammed.
"Mungkin karena situasinya lebih mirip dengan rumah saya dan kami diperbolehkan untuk bicara tentang kecanduan kami itu."
Bergerak melampaui dosa
Sebagai seorang psikolog terlatih sekaligus direktur dari 'Hayat House', Nasreen Hanifi telah menolong banyak orang seperti Mohammed mengatasi ketergantungannya selama bertahun-tahun. "Orang-orang biasanya merasa nyaman saat mereka bisa menjalankan layanan yang bisa menghubungkan mereka dengan keyakinan atau latar belakang budaya mereka," Nasreen menjelaskan.
Hayat House buka empat hari dalam seminggu, tetapi karena aturan physical distancing, sesi layanan saat ini dilakukan melalui telepon atau melalui Zoom. Meskipun layanan mereka terutama ditujukan bagi komunitas Muslim, layanan yang sama terbuka pula untuk para non-Muslim.
Nasreen mengatakan para staf di kliniknya mempraktikkan terapi yang sudah terbukti sebelumnya, seperti terapi perilaku dan wawancara yang memotivasi. "Bagian tak terpisahkan dari profesi kami adalah pendekatan yang tidak menghakimi dan tidak bias," katanya.
"Tujuan kami adalah membantu mereka dengan kecanduan mereka, baik dengan cara menjauhkan mereka dari itu, atau fokus pada proses yang mengurangi bahaya."