Senin 18 May 2020 16:45 WIB

Pemudik Mulai Masuk Banyumas

Sejumlah pemudik masuk wilayah Banyumas dengan menggunakan sarana angkutan umum.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas gabungan memeriksa kendaraan bermotor di titik pemeriksaan penyekatan pemudik  (ilustrasi)
Foto: ANTARA/RAISAN AL FARISI
Petugas gabungan memeriksa kendaraan bermotor di titik pemeriksaan penyekatan pemudik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Meski pemerintah mengimbau warga untuk tidak mudik, namun aktivitas mudik mulai terlihat di Banyumas. Seperti terlihat di jalur tengah Ajibarang-Tegal, sejumlah pemudik masuk wilayah Banyumas dengan menggunakan sarana angkutan umum. "Kebanyakan, menggunakan travel atau mobil sewaan," jelas Kapospam Satlantas Polresta Banyumas, Dwi Nugroho, Senin (18/5).

Untuk pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi, dia menyebutkan, sejauh ini belum ada lonjakan arus kendaraan yang signifikan. "Memang ada sedikit peningkatan lalu lintas. Tapi tidak seberapa," katanya.

Baca Juga

Dia mengaku belum bisa memprediksi, apakah semakin dekat dengan lebaran, arus kendaraan masuk wilayah Banyumas akan semakin meningkat atau tidak. "Yang jelas, kita tetap tetap berpegang pada kebijakan pemerintah. Yang hendak masuk wilayah Banyumas, harus dilengkapi berbagai surat keterangan," katanya.

Bagi warga yang memang hendak masuk wilayah Banyumas, bila tidak mampu menunjukkan surat keterangan sehat, surat tugas dan berbagai surat lainnya, akan dianggap sebagai ODP. Untuk itu, mereka harus menjalani karantina. Sedangkan bagi warga yang hanya sekadar melintas, akan diminta putar balik.

Mengenai peningkatan pemudik yang menggunakan angkutan umum, menurut dia, bisa dilihat berdasarkan data warga yang masuk Banyumas sepanjang Ahad (17/5). Berdasarkan data petugas posko, sepanjang hari tersebut ada 1.245 warga yang masuk Banyumas.

"Mereka datang dari wilayah Jabodetabek, Cirebon, Brebes dan daerah Pantura lainnya yang masuk melalui Brebes, Tegal, Ajibarang," jelasnya. Sebagian, pulang ke kampung halamannya dengan menggunakan sepeda motor.

Beberapa pemudik mengaku terpaksa pulang ke kampung halaman, karena di perantauan memang sudah tidak ada pekerjaan. Para pemudik juga paham bahwa mereka akan dianggap sebagai ODP dan wajib menjalani karantina.

"Ya tidak apa-apa. Nggak masalah menjalani karantina di GOR, yang penting bisa pulang kampung," kata Rusdiono, perantau dari Jakarta yang akan pulang ke desa di wilayah Kecamatan Kebasen. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement