REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini bertepatan dengan tanggal 25 Ramadhan 1441 H. Tanggal itu mengingatkan pada hari wafatnya seorang ulama besar Turki, Badiuzzaman Said Nursi.
Said Nursi lahir di Desa Nurs, Provinsi Bitlis, Turki pada 1877 M. Ia berasal dari suku Kurdi. Masyarakat menggelarinya bediuzzaman. Artinya, 'keajaiban zaman.'
Julukan itu mulanya diucapkan gurunya, Syekh Fathullah Effendi. Sebab, kecerdasan Said Nursi memang begitu cemerlang. Bagi rakyat Turki, Said Nursi tak sekadar seorang alim, melainkan juga pahlawan.
Nama aslinya adalah Said bin Mirza. Ayahnya bernama Mirza, sedangkan ibunya adalah Nuriye. Anak keempat dari tujuh bersaudara ini dibesarkan di lingkungan keluarga petani yang saleh.
Mirza sepanjang hayatnya berkomitmen tidak pernah memakan barang haram. Ia hanya menafkahi keluarganya dengan jalan dan harta yang halal. Adapun Nuriye kala menjadi ibu hanya menyusui anak-anaknya dalam keadaan berwudhu. Tak mengherankan jika Said Nursi dan saudara-saudaranya tumbuh menjadi insan berakhlak baik.
Secara nasab, Said Nursi sampai pada Rasulullah Muhammad SAW. Setidaknya, demikianlah pendapat penulis biografi Said Nursi, Sukran Vahide.
Sejak kecil, Said Nursi telah menunjukkan kecemerlangannya. Ia merupakan seorang anak yang cerdas dan kritis.
Dalam usia muda, ia sempat menuliskan renungannya: "Manakah yang dianggap lebih baik dari dua ini? Apakah hidup bahagia selama seribu tahun dalam kemewahan dan kekuasaan, tetapi berakhir dengan ketiadaan? Ataukah kehidupan yang abadi, tetapi harus dijalani dengan penuh derita?"
Terhadap pertanyaan itu, ia memilih yang kedua. Katanya, seperti dikutip Sukran, "Aku tidak menginginkan ketiadaan, bahkan aku menginginkan keabadian meskipun di dalam neraka jahanam."
Menurut Sukran Vahide, sejak belia Nursi suka berjalan-jalan ke madrasah untuk mendengarkan diskusi para syekh bersama murid. Kegiatan masa kecilnya ini pun mempunyai pengaruh positif terhadap karakternya di masa depan.
Dalam buku Mujaddid Islam, Wan Jaffree Wan Sulaiman menjelaskan, Said Nursi kecil pernah bermimpi bertemu Rasuluah SAW. Mimpi itu seakan menunjukkan, ke depannya ia akan berjuang dalam ranah dakwah Islam. Dalam mimpi tersebut, Said Nursi minta didoakan oleh Nabi agar diberikan ilmu.
Nabi SAW lantas menjawab, Said Nursi akan dianugerahi ilmu Alquran dengan syarat tidak akan meminta-minta kepada siapapun. Mimpi itu begitu membekas dalam benak Said Nursi hingga akhir hayatnya.