Selasa 19 May 2020 03:15 WIB

AS dan China Kemungkinan Ikut dalam Penyelidikan Covid-19

Uni Eropa menginisiasi resolusi penyelidikan Covid-19 dalam Majelis Kesehatan Dunia.

Red: Nur Aini
Logo WHO
Foto: Ist
Logo WHO

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Meskipun memiliki perbedaan pandangan terhadap kinerja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), China dan Amerika Serikat tampaknya akan bergabung dalam seruan untuk evaluasi independen atas penanganan pandemi Covid-19.

Seruan itu akan disampaikan melalui resolusi yang diinisiasi Uni Eropa (EU), dalam pertemuan Majelis Kesehatan Dunia, badan pengambil keputusan WHO. Pertemuan itu diselenggarakan secara virtual mulai Senin (18/5) dan diikuti para menteri kesehatan dari seluruh dunia.

Baca Juga

Resolusi tersebut juga menyerukan akses yang tepat waktu dan merata untuk diagnostik, obat-obatan, serta vaksin yang aman dan manjur guna memerangi penyakit yang telah menewaskan lebih dari 300 ribu orang di seluruh dunia. Konsensus yang rapuh itu muncul setelah lebih dari satu minggu perundingan intensif terhadap rancangan resolusi EU, yang masih bisa berubah, kata para diplomat.

"Sepertinya resolusi itu akan diadopsi. Secara politis, saat ini ada kesepakatan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem dan penyelidikan tentang asal-usul (virus), tetapi tidak segera," kata seorang diplomat Eropa kepada Reuters.

"Penting bahwa kita bisa menyetujui resolusi, semuanya," kata dia.

Resolusi EU didukung oleh sejumlah negara termasuk Australia, China, Inggris, Kanada, India, Jepang, dan Rusia. Nama-nama dalam rancangan resolusi yang dilihat oleh Reuters menunjukkan dukungan dari 116 dari 194 negara di WHO.

Teks tersebut menyerukan kepada direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus untuk memulai "evaluasi yang tidak memihak, independen, dan komprehensif" dari respons kesehatan internasional terkoordinasi WHO untuk Covid-19, termasuk efektivitas mekanisme yang ada "pada saat awal yang paling tepat."

Resolusi mendukung kerja yang berkelanjutan, termasuk melalui "misi lapangan" ilmiah, untuk mengidentifikasi sumber zoonosis atau hewan yang menjadi sumber virus, dan bagaimana hewan itu melintasi penghalang spesies hingga menulari manusia. Resolusi EU tidak merujuk ke China. WHO dan sebagian besar ahli mengatakan virus itu diyakini telah muncul di pasar yang menjual satwa liar di pusat kota Wuhan akhir tahun lalu.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan ada "sejumlah besar bukti bahwa virus berasal dari laboratorium di Wuhan", sebuah tuduhan yang dibantah China. Kementerian Luar Negeri China mengatakan masih terlalu dini untuk meluncurkan penyelidikan tentang asal-usul dan penyebaran virus corona, dan mengatakan Presiden Xi Jinping akan memberikan pidato video saat upacara pembukaan pertemuan WHO.

Duta Besar AS untuk PBB di Jenewa Andrew Bremberg menyatakan harapannya "bahwa kita akan dapat bergabung dalam konsensus."

Tetapi para diplomat mengatakan bahwa mereka mengharapkan delegasi AS, yang dipimpin oleh Sekretaris Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar, untuk "memisahkan diri" dari setidaknya dua bagian dalam resolusi, seraya berhenti menghalangi konsensus. Bagian itu melibatkan referensi hak kekayaan intelektual untuk obat-obatan dan vaksin, dan untuk melanjutkan penyediaan layanan kesehatan seksual dan reproduksi selama pandemi.

Masalah kontroversial tentang partisipasi Taiwan dalam majelis telah ditunda ketika sesi dilanjutkan akhir tahun ini. Meskipun ada upaya keras, Taiwan tidak diundang ke pertemuan minggu ini setelah tekanan dari China.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement