Senin 25 May 2020 10:17 WIB

Mayoritas Pasien Covid-19 di New York Tertular di Rumah

Sebanyak 66 persen pasien Covid-19 di New York adalah mereka yang tinggal di rumah.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nur Aini
Para pelari yang mengenakan masker melewati lingkungan Red Hook di Brooklyn, New York, AS, Selasa (12/5). Gubernur New York Andrew Cuomo mengumumkan bahwa aturan lockdown berakhir pada Jumat (15/5) mendatang
Foto: AP / Mark Lennihan
Para pelari yang mengenakan masker melewati lingkungan Red Hook di Brooklyn, New York, AS, Selasa (12/5). Gubernur New York Andrew Cuomo mengumumkan bahwa aturan lockdown berakhir pada Jumat (15/5) mendatang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Gubernur New York Andrew Cuomo menemukan fakta bahwa mayoritas pasien Covid-19 adalah mereka yang tinggal di rumah. Hal itu mengacu pada survei Center for Disease Control and Prevention (CDC) terbaru yang menganalisis bagaimana penularan virus terjadi.

Cuomo mengatakan, survei itu melibatkan sekitar 1.200 pasien di 113 rumah sakit pemerintah. Hasilnya menunjukkan 66 persen pasien berada di rumah sebelum akhirnya sakit dan dirawat, pasien mayoritas berusia di atas 51 tahun, dan keturunan Hispanik atau Afrika-Amerika. Lalu sekitar 96 persen pasien yang disurvei memiliki komorbiditas, yang berarti mereka memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelum terinfeksi Covid-19.

Baca Juga

Menanggapi survei tersebut, Profesor dan CEO Pusat Medis Universitas Columbia Dr Ashwin Vasan mengatakan, data tersebut dapat memiliki beberapa penjelasan yang masuk akal, termasuk fakta bahwa anggota keluarga pasien adalah pekerja penting atau masih sering pergi keluar rumah.

“Meskipun orang-orang ini lebih tua, tapi perlu diselidiki apakah mereka tinggal bersama pekerja garis depan? Apakah mereka tinggal di rumah tangga multi-generasi?” kata Vasan dilansir Forbes, Senin (18/5).

Menurut Vasan, orang tua yang hidup dengan pekerja penting atau di rumah tangga multi-generasi umum ditemukan di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah dan keturunan Afrika-Amerika. Apa yang tidak diperhitungkan oleh Pemerintah New York, kata Vasan, adalah transmisi di dalam gedung apartemen khususnya di komunitas berpenduduk padat.

Direktur Harvard Global Health Institute Dr. Ashish Jha juga meminta Cuomo untuk merilis hasil survei secara lengkap. Menurut dia, tanpa memiliki data lengkap, sangat sulit untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Sementara itu, baik Vasan maupu Jha sepakat bahwa karantina wilayah di New York maupun negara bagian Amerika Serikat (AS) lainnya lebih longgar, ketimbang Wuhan, China. Oleh karena itu, mereka yakin bahwa virus lebih mudah menular di AS.

"Sulit untuk mengetahui apakah orang itu sehat atau terinfeksi tapi tanpa gejala, yang kemudian bisa menularkan dengan mudah. Sulit juga untuk mengatakan apakah pekerja kesehatan dan pekerja penting lainnya yang bekerja selama pandemi adalah rantai utama penularan,” kata Jha.

New York memiliki wabah Covid-19 terbesar di AS, dengan lebih dari 355.000 kasus dan 28.000 kematian. Namun begitu, pemerintah memutuskan untuk membuka karantina wilayah (lockdown) dalam empat fase, dengan tingkat infeksi akan dipantau secara ketat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement