REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menyelenggarakan konsorsium riset dan inovasi terkait Covid-19. Program ini dibuat untuk pendanaan riset dan inovasi untuk para peneliti dan perekayasa yang melakukan kegiatan riset dan pengembangan untuk menangani pandemi Covid-19.
Sehingga nantinya akan ada inovasi baru untuk Covid-19. Saat ini terdapat anggaran sebesar Rp 90 Miliar yang disediakan untuk program tersebut. “Saya ingin adanya konsorsium tersebut kami dapat memerangi pandemi Covid-19. Jangan sampai kami bergantung terhadap obat impor. Saya mendukung dan mendorong terciptanya inovasi produk kesehatan dalam negeri yang bermanfaat bagi masyarakat terutama dalam kondisi pandemi ini,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro dalam video conference Kemenristek bertajuk ‘Konsorsium Riset dan Inovasi tentang Covid-19 Ristek/BRIN’, Senin (18/5).
Kemudian, ia melanjutkan konsorsium melibatkan semua pihak yang mempunyai kemampuan dan perhatian di bidang penelitian dan inovasi terkait Covid-19. Ia memberikan contoh seperti perguruan tinggi, LPNK, BUMN, Kemenkes, BPOM, Dikti, RS, PPBT, Diaspora dan sebagainya.
Ia menambahkan dengan adanya konsorsium nantinya terdapat hasil berupa inovasi baru yaitu vaksin, suplemen, skrining, diagnosis, pengobatan dan teknologi alat kesehatan terkait Covid-19. Ia mencontohkan baju APD yang saat ini dipakai panas dan hanya sekali pakai. Sehingga nantinya harus ada inovasi baru bagaimana baju tersebut bisa dipakai berkali-kali dan tidak panas jika dipakai.
Lalu, untuk antisipasi masuknya virus Covid-19 ke dalam tubuh. Ada penemuan dari peneliti di Manado ia mencoba fermentasikan tanaman kelapa. Hasilnya menjadi minyak kelapa dan bisa menjadi asupan daya tahan tubuh. “Di dalam situasi pandemi seperti ini kami harus memanfaatkan SDA di Indonesia. Banyak tanaman herbal yang bisa diolah sebagai peningkatan daya tahan tubuh,” kata dia.
Selain itu, ia mengaku vaksin pandemi Covid-19 akan ditemukan dalam jangka waktu lama. Maka dari itu, hal ini harus diantisipasi dengan menemukan pencegahan obatnya untuk masyarakat, diproduksi sendiri dan milik sendiri. Jika bergantung terus dengan negara lain pastinya akan terjadi permintaan yang tinggi dan harga yang tinggi.
“Kami akan dukung semua penelitian dan inovasi baru yang ditemukan untuk memerangi Covid-19. Pokoknya apapun kami lakukan untuk mengurangi pandemi Covid-19. Tetap jaga jarak dan jaga kesehatan,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Ali Ghufron Mukti mengatakan setelah melalui seleksi yang ketat yaitu dengan review proposal dan presentasi secara daring. Ia mengumumkan 134 proposal riset yang mendapatkan pendanaan tahap pertama dengan total anggaran sebesar Rp 60,6 Miliar.
“134 proposal riset tersebut sudah melalui proses seleksi ketat yang mencakup review proposal dan presentasi secara daring kepada tim penilai dari Kemenristek/BRIN,” kata dia.
Ia menjelaskan adapun proposal riset yang mendapatkan pendanaan tersebut meliputi enam bidang prioritas yang mencakup pencegahan, sebanyak 25 proposal kegiatan, skrining dan diagnosis sebanyak 12 proposal kegiatan, alat kesehatan dan pendukungnya sebanyak 34 proposal kegiatan, obat-obatan dan terapi sebanyak 20 proposal kegiatan, multicenter clinical trial sebanyak 13 proposal kegiatan dan sosial humaniora dan public health modelling sebanyak 30 proposal kegiatan.
Beberapa hasil riset dan inovasi tahap pertama ini bahkan telah diserahkan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) April (6/4) lalu dan digunakan oleh berbagai fasilitas kesehatan yang membutuhkan. Produk tersebut antara lain Tes Kit baik yang berbasis PCR atau non PCR, handsanitizer dari LIPI-BPPT, mobile handwasher dari BPPT, ventilator, robot kesehatan (Raisa) dari ITS-Unair, alat kesehatan lain dan APD dari beberapa pusat riset.
Beberapa produk lainnya akan segera diluncurkan pada tanggal 20 Mei 2020 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional dan sekaligus momentum dalam kebangkitan “Inovasi Indonesia” menuju Kemandirian bangsa pada produk kesehatan, khususnya dalam penanganan Covid-19.
“Kami masih memberikan kesempatan kedua. Dananya sebesar Rp 29,4 miliar untuk tahap II. lembaga dapat mengajukan proposal meliputi pencegahan, skrining dan diagnosis, alat kesehatan dan pendukung, pengobatan serta terapi. Pendaftaran paling lambat 2 Juni 2020,” kata dia.