Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
CEO Facebook Mark Zuckerberg mengaku 'khawatir' bahwa negara-negara lain mungkin mencoba untuk meniru pendekatan China dalam mengatur internet.
"Hanya untuk berterus terang tentang hal itu, saya pikir ada model yang mirip dengan negara-negara seperti China yang cenderung memiliki nilai yang sangat berbeda dari negara-negara Barat yang lebih demokratis," kata Zuckerberg dalam percakapan video selama satu jam Senin dengan Komisaris Industri Uni Eropa Thierry Breton dikutip dari The Verge, Selasa (19/5/2020).
Itu adalah contoh terbaru dari Zuckerberg berbicara mengenai risiko model internet China yang menyebar di seluruh dunia. Dia membuat komentar serupa tahun lalu dengan mengatakan penting untuk tidak membiarkan China menetapkan aturan untuk internet, dan menimbulkan ketegangan di antara karyawan Facebook yang merupakan warga negara China.
Baca Juga: Minggat dari Facebook, Duo Pendiri Instagram Luncurkan Situs Corona
Facebook berharap bahwa pesan kebebasan berbicara akan menyebabkan regulator melihat perusahaan sebagai sekutu, dan bukan sebagai target untuk regulasi yang lebih ketat.
Sejalan dengan itu, Zuckerberg memuji Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Uni Eropa, yang menerapkan perubahan untuk bagaimana Facebook, Twitter, Google, dan perusahaan internet lainnya mengumpulkan data pengguna di UE. Dia percaya kerja sama antara platform teknologi dan regulator pemerintah tidak bisa dihindari.
Zuckerberg mencatat bahwa Facebook memiliki kebijakan untuk memberi label informasi menyesatkan tentang virus corona baru pada platformnya.
"Kami telah menurunkan ratusan ribu keping informasi salah yang berbahaya dan program pengecekan fakta independen kami telah menghasilkan lebih dari 50 juta peringatan yang ditampilkan pada keping konten terkait Covid-19," katanya.
"Kita tahu itu berhasil karena 95 persen dari waktu ketika seseorang melihat sepotong konten dengan label di atasnya mereka tidak akan mengklik."