REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengambil langkah antisipasi ketersediaan bawang merah terhadap serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), serta keadaan iklim yang tidak kondusif melalui pengamatan yang intensif sebagai early warning sistem (EWS) dan tindakan pengendalian.
Diketahui bahwa bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) merupakan salah satu komoditas hortikultura strategis yang diusahakan petani secara intensif. Namun dalam praktiknya di lapangan, budidaya Bawang Merah dihadapkan dengan berbagai masalah di lapangan yang dapat menurunkan jumlah produksi.
Permasalahan OPT terjadi akibat perubahan ekosistem pertanian dan pola budidaya, serta dipengaruhi juga oleh terjadinya perubahan iklim (Dampak Perubahan Iklim/DPI). Kondisi ini tersebut berdampak terhadap perkembangan populasi, jenis dan status OPT serta keadaan keseimbangan musuh alami.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam keterangannya, Selasa (19/5) menjelaskan bahwa Data EWS Perlindungan Hortikultura telah dilakukan pada wilayah sentra utama pengembangan hortikultura. Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian SYL yang selalu menekankan pentingnya data base yang kuat dan akurat sebagai acuan awal dan akhir. Terkait satu data pertanian ini, Kementan berkoordinasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Daerah (PEMDA) dan instansi terkait lainnya.
Untuk komoditas Bawang Merah wilayah EWS dipantau sebanyak 55 Kabupaten/Kota sebagai daerah sentra utama penyangga produksi nasional, baik di pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa.
“Kami harapkan dengan terpantau dan terkawalnya lokasi ini maka 75%- 80% luas tanam dan produksi bawang merah nasional aman. Data ini kami kawal dengan ketat dan dilaporkan oleh Direktorat Perlindungan Hortikultura secara periodik per 2 minggu,” ujar Prihasto melalui keterangan tertulisnya, Rabu (13/5).
Dijelaskan Prihasto, Data OPT tersebut meliputi Luas Tambah Serangan (LTS), Luas Keadaan Serangan (LKS), dan Luas Pengendalian (LP) OPT. Pantauan ini dilaporkan secara rutin sebelum tanggal 5 dan tanggal 20 bulan berjalan oleh Koordinator POPT Kabupaten (Kortikab), dan selanjutnya dilaporkan ke sekretariat Satgas POPT Kementerian Pertanian.
Saat ini OPT yang dominan pada tanaman bawang merah yaitu Ulat Bawang dan Trotol, namun masih terkendali.
Senada, Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf menjelaskan bahwa dalam mengawal lokasi EWS Bawang Merah tersebut, pihaknya secara intensif berkoordinasi dengan kepala UPTD BPTPH Provinsi dan Kortikab POPT di Kabupaten/Kota sentra.
Caranya dengan melakukan langkah konkrit di lapangan yaitu mendorong penerapan budidaya tanaman sehat, penggunaan perangkap likat kuning, perangkap feromon seks, lampu perangkap, Shading Net serta pengendalian dengan menggunakan Agens Hayati (Trichoderma SPP). “Misalnya untuk penyakit tular tanah seperti layu fusarium,” tambahnya.
Yanti menambahkan, disamping itu, Kementan terus mendorong sosialisasi dan penerapan pengendalian OPT sesuai dengan sistim Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pembinaan dan pendampingan pengendalian OPT. “Baik oleh pusat (Direktorat Perlindungan Hortikultura) maupun daerah (Dinas Pertanian dan UPTD BPTPH Provinsi),” pungkasnya.
Secara nasional, data Early Warning System (EWS), yang disesuaikan hitungannya berdasarkan produksi rogol kering askip. Prediksi Ditjen Hortikultura pada Bulan Mei-Agustus 2020 terdapat produksi sebanyak 348.343 ton sedangkan kebutuhan sebesar 342.598 ton, sehingga surplus sebesar 5.745 ton.
Angka produksi ini harus terus dilakukan pengawalan oleh petugas POPT di tingkat lapang dengan cara menurunkan tingkat serangan OPT untuk mengamankan produksi komoditas Bawang Merah nasional.