REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menghentikan pendanaan terhadap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara permanen. Ancaman terbaru datang, menyusul permintaan agar badan tersebut melakukan perbaikan substantif, selambat-lambatnya dalam 30 hari ke depan.
Melalui surat yang dikirimkan kepada Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Trump mengkirik apa yang disebutnya sebagai kesalahan dalam penanganan pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). Bahkan, presiden berusia 73 tahun itu juga mengkaitkan kesalahan dengan China, negara tempat pertama kali virus ditemukan pada Desember 2019.
“Jika WHO tidak berkomitmen untuk perbaikan substantif besar dalam 30 hari ke depan, saya akan membuat pembekuan sementara atas dana AS kepada WHO secara permanen dan mempertimbangkan kembali keanggotaan kami,” ujar Trump dalam sebuah pernyataan yang disampaikan melalui jejaring sosial Twitter, seperti dikutip Aljazirah, Selasa (19/5).
Trump menunda kontribusi AS kepada WHO pada bulan lalu, menyusul tuduhan adanya disinformasi China sejak awal wabah virus corona jenis baru terjadi. Para pejabat di badan kesehatan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) membantah tuduhan itu, sementara China menegaskan bahwa pihaknya bersikap transparan dan terbuka.
Dalam suratnya, Trump mencantumkan apa yang dia katakan sebagai contoh kelemahan WHO dalam mengelola pandemi, termasuk mengabaikan laporan awal tentang kemunculan virus. Ia juga menuding WHO menyerah pada tekanan hCina dengan menolak untuk menyatakan Covid-19 sebagai darurat kesehatan global di hari-hari awal wabah ditemukan.
Trump berulang kali mengkritik WHO yang dinilai memuji transparansi China, meski adanya laporan yang menyebut Beijing memberi sanksi beberapa dokter di Wuhan, kota awal virus corona jenis baru ditemukan. Dokter-dokter tersebut diketahui dihukum karena berbicara secara terbuka mengenai wabah pada akhir Desember 2019.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping, dalam pidatonya di Majelis Kesehatan Dunia pada Senin (18/5) mengatakan Negeri Tirai Bambu telah bertindak dengan keterbukaan dan transparansi dan akuntabilitas. Ia dengan tegas membela tanggapan negaranya terhadap wabah tersebut.
Xi juga berjanji akan memberikan dana hingga 2 miliar AS selama dua tahun untuk membantu penanggulangan Covid-19. Ia mengatakan setiap vaksin yang dikembangkan melawan penyakit oleh China akan menjadi milik publik.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan persatuan dan solidaritas yang lebih besar. Ia mengatakan krisis Covid-19 seharusnya berfungsi sebagai seruan untuk bangkit di seluruh dunia.
"Kami telah melihat beberapa solidaritas, tetapi sangat sedikit kesatuan, dalam tanggapan kami terhadap Covid-19. Berbagai negara telah mengikuti strategi yang berbeda, terkadang kontradiktif, dan kami semua membayar harga yang mahal," kata Guterres.