Selasa 19 May 2020 18:02 WIB

Brasil Catat Jumlah Kasus Covid-19 Tertinggi Ketiga di Dunia

Brasil mencatat lebih dari 250 ribu kasus Covid-19 dengan 16 ribu kematian.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Presiden Brasil Jair Bolsonaro kembali mengabaikan protokol kesehatan Covid-19 dengan berbaur dengan para demonstran dan menggendong anak-anak.
Foto: Joedson Alves/EPA
Presiden Brasil Jair Bolsonaro kembali mengabaikan protokol kesehatan Covid-19 dengan berbaur dengan para demonstran dan menggendong anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Brasil telah menjadi negara dengan jumlah infeksi virus corona tipe baru atau Covid-19 tertinggi ketiga di dunia, hingga Selasa (19/5) sore. Hal itu dideteksi setelah negara yang dipemimpin sayap kanan Jair Bolsonaro mencatat lebih dari 250 ribu kasus.

Dikutip BBC, Brasil kini mencatat lebih dari seperempat juta kasus yang dikonfirmasi. Sementara lebih dari 16 ribu pasien Covid-19 meninggal. Angka kematian itu merupakan yang tertinggi keenam di dunia.

Baca Juga

Data John Hopkins University and Medicine mencatat kasus infeksi Covid-19 di Brasil mencapai 255.368. Sementara, kematian tercatat sebanyak 16.853 jiwa.

Penanganan negara terhadap pandemi itu telah menimbulkan kritik keras dan bahkan pengunduran diri dua menteri kesehatan Brasil dalam dua bulan. Dua menteri yang telah mengundurkan diri itu tidak setuju atas langkah-langkah jarak sosial yang dilonggarkan oleh Bolsonaro. Sebab, fokus Bolsonaro adalah pada meminimalkan gangguan ekonomi, bukan kesehatan.

Wali Kota Sao Paulo, Bruno Covas memperingatkan bahwa sistem kesehatan di kota terbesar itu dapat runtuh dalam waktu dua pekan. Sao Paulo memiliki sekitar 12 juta penduduk.

Covas mengatakan, sebagian besar penduduk mengabaikan jarak sosial. Lebih dari 3.000 orang meninggal karena virus corona di Sao Paulo.

Namun demikian, bukan hanya pusat kota yang terpukul parah karena pandemi tersebut. Negara bagian Amazonas juga tercatat memiliki hampir 21 ribu kasus yang dikonfirmasi, Senin (18/5). Layanan kesehatan di Manaus, ibu kota negara bagian itu telah kewalahan dan kuburan massal digunakan untuk menguburkan orang-orang yang wafat.

Di saat negara kewalahan menghadapi krisis corona, Bolsonaro terus menentang langkah-langkah lockdown atau pembatasan. Dia menilai, pembatasan-pembatasan itu akan menghancurkan perekonomian. Pada Maret, dia meminta wali kota dan gubernur untuk membatalkan pembatasan.

"Hidup kita harus terus berjalan. Pekerjaan harus dijaga. Kita harus kembali normal," kata presiden kala itu.

Presiden menggambarkan penutupan bisnis dan sekolah, bersama dengan pembatasan transportasi umum, sebagai kebijakan "Pembumihangusan". Meskipun tingkat infeksi meningkat pesat, Bolsonaro berpendapat bahwa sebagian besar orang, termasuk dirinya sendiri, tidak perlu takut dengan virus tersebut.

"Dengan sejarah saya sebagai atlet, jika saya terinfeksi virus, saya tidak punya alasan untuk khawatir. Saya tidak merasakan apa-apa, atau paling banyak hanya sedikit flu," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement