Selasa 19 May 2020 22:57 WIB

Soal Mendirikan Partai Baru, Amien Rais: Saya Sangat Serius

Amien Rais akan melanjutkan persiapan pendiriannya setelah wabah Covid-19.

Rep: Febryan A/ Red: Ratna Puspita
Amien Rais
Foto: Republika/Edi Yusuf
Amien Rais

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus senior Amien Rais mengaku sangat serius dengan rencananya untuk mendirikan partai politik baru. Namun, ia akan melanjutkan persiapan pendiriannya setelah wabah Covid-19 di Indonesia mereda.

"Saya sangat serius," kata Amien dalam kuliah politik bertemakan 'Tauhid Sosial: Kenapa Kita Harus Berpolitik' yang diselenggarakan secara daring pada Selasa (19/5).

Baca Juga

"Yes definitely. My friend and i are determine to install, to establish a new party but tidak sekarang," kata pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) itu menegaskan.

Ia menjelaskan, di tengah kondisi krisis akibat Covid-19 saat ini, tidak tepat untuk mengurus dan membicarakan pendirian partai politik. Krisis ini harus diatasi terlebih dahulu karena jauh lebih penting bagi kelangsungan bangsa Indonesia. "Sementara partai baru ini adalah sesuatu yang agak sektoral, lah," ucap mantan ketua MPR itu.

Keinginan Amien Rais mendirikan partai baru tak terlepas dari kisruh yang terjadi di tubuh PAN. Terutama usai kembali terpilihnya Zulkifli Hasan alias Zulhas sebagai ketua umum periode 2020-2025.

Kisruh itu makin tampak jelas usai mundurnya putra sulung Amien Rais, Ahmad Hanafi Rais dari partai berlambang matahari itu. Mundurnya Hanafi diyakini bakal mempercepat pembentukan partai baru.

Sebelumnya, salah satu pendiri PAN, Putra Jaya Husein, mengatakan, Amien mendirikan partai baru lantaran PAN sudah 'lari' dari idealisme partai. PAN, kata Putra, dibangun untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dan bangsa, bukan untuk kepentingan sekelompok orang yang ingin mendapatkan manfaat dari pengelolaan sebuah partai. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement