REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Hasan Yazid Al-Palimbangy
Faktanya, kondisi ibadah umat Islam pasca Ramadhan tidak berbanding lurus dengan meriahnya ibadah di bulan Ramadhan. Semarak ibadah di bulan Ramdhan tidak berlanjut di luar Ramadhan.
Pertanyaannya adalah apakah kewajiban beribadah hanya di bulan Ramadhan? Mengapa kondisi ini terjadi?Jawabannya karena mayoritas ummat Islam keliru dalam memahami tujuan disyariatkannya ibadah puasa seperti yang sampaikan dalam surat al-baqarah ayat 183, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Dalam ayat di atas Allah SWT mempergunakan kata “taqwa” (orang-orang yang bertakwa) dalam bentuk fi'il mudhori' (kata kerja yang menunjukkan perbuatan yang dikerjakan sekarang dan akan datang). Ini artinya disyariatkannya puasa Ramadhan dengan tujuan agar umat Islam meningkatkan ketakwaannya baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan.
Dengan demikian Ramadhan berfungsi sebagai syahruttarbiyyah (bulan pelatihan). Selama sebulan penuh kita dikarantina, dilatih dengan berbagai bentuk ibadah individual seperti shalat, puasa, tadarrus Quran, zikir dan ibadah sosial seperti zakat, infak, dan sedeqkah. Semua itu hendaknya kita lanjutkan di luar Ramadhan.
Puasa itu melatih diri untuk merasakan betapa perihnya lapar seperti apa yang dirasakan saudara kita fakir miskin yang setiap hari menahan lapar dan belum pasti akan mendapatkan apa yang akan dimakan.Sehingga tumbuh rasa peduli pada sesama khususnya fakir miskin.
Ramadhan sebentar lagi akan berlalu. Artinya kita bersiap-siap merealisasikan hasil pelatihan selama sebulan itu di sebelas bulan yang akan datang.
Selayaknya orang yang ikut pelatihan, maka semua ibadah baik ibadah individual maupun ibadah sosial yang dilakukan setelah Ramadhan harus meningkat bahkan lebih meningkat dibanding saat Ramadhan.
Inilah yang Allah SWT inginkan dengan disyariatkannya puasa di bulan Ramadhan agar menjadi hamba yang bertakwa baik di bulan Ramadhan apalagi setelah Ramadhan.
Ulama mengatakan, “Jadilah engkau hamba Allah Ta’ala (yang istiqamah beribadah setiap saat), dan janganlah engkau menjadi hamba Ramadhan yang semangat beribadahnya hanya di bulan Ramadhan.”