Rabu 20 May 2020 13:34 WIB

Ritual Seba Badui Diharapkan Berjalan Lancar

Di tengah pandemi COVID-19 perayaan ritual Seba Badui dilakukan cukup sederhana

Suasana pagi Urang Kanekes atau Suku Badui di Pagi hari di Desa Kanekes, Lebak, Banten. Sabtu (4/5).
Foto: Republika/Alkhaledi Kurnialam
Suasana pagi Urang Kanekes atau Suku Badui di Pagi hari di Desa Kanekes, Lebak, Banten. Sabtu (4/5).

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Ritual tradisi "Seba Badui" yang digelar setiap tahun oleh masyarakat Badui diharapkan tetua adat setempat berjalan lancar dan tidak ada kendala sehubungan merebaknya pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

"Kita menggelar tradisi 'Seba Badui' tahun 2002 ini dalam kondisi pandemi Covid-19 hanya diikuti sekitar 30 perwakilan. Itu berbeda dari tahun sebelumnya yang hingga dihadiri ribuan warga Badui." kata Tetua Adat Masyarakat Badui yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Jaro Saija saat ditemui di permukiman Badui, Lebak, Rabu (20/5).

Ia mengatakan masyarakat Badui tahun 2020 tentu dalam melaksanakan tradisi "Seba Badui" berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yang dihadiri ribuan warga Badui Luar dengan berpakaian khas berwarna pakaian hitam dan lomar ikat kepala biru serta Badui Dalam dengan pakaian putih-putih dan lomar ikat kepala putih.

Namun, kata dia, pada tahun 2020 di tengah pandemi COVID-19 perayaan tradisi "Seba Badui" dilakukan cukup sederhana dengan dihadiri 30 perwakilan tokoh masyarakat Badui, di antaranya tiga "tangtu", tujuh "dangka" dan perwakilan dari lembaga desa.

"Kita memaklumi adanya imbauan dari pemerintah untuk melaksanakan protokol kesehatan dengan tidak berkerumun untuk pencegahan virus corona," katanya Jaro Saija.

Menurut dia, perayaan tradisi "Seba Badui" akan digelar pada 30-31 Mei 2020, dengan kegiatan pertama bersilatuhrahmi dengan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya beserta pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak dan kedua dilanjutkan bertemu Gubernur BantenWahidin Halim dan juga pejabat Pemerintah Provinsi Banten.

Ia menyatakan pelaksanaan "Seba Badui" wajib dilaksanakan, mesti sederhana karena merupakan bagian rukun adat masyarakat Badui yang dititipkan dari leluhur nenek moyang. Sebab, tradisi "Seba Badui" juga digelar saat pemerintahan kerajaan, termasuk kerajaan Islam di Banten yang dipimpin Sultan Hasanuddin.

"Kami takut kualat atau terjadi bencana jika tidak menggelar Seba Badui, karena titipan dari leluhur juga keputusan tokoh adat itu," katanya.

Ia mengatakan tradisi "Seba Badui" sudah dipersiapkan dengan membawa hasil bumi, seperti pisang, padi huma, beras ketan, gula aren, talas dan pertanian lainya.

Hasil pertanian masyarakat Badui yang dikembangkan di lahan perkebunan ladang sekitar Kecamatan Leuwidamar, Gunungkencana, Cimarga, Sobang, Cirinten, Bojongmanik dan Cileles dan nantinya akan diserahkan kepada Bupati Lebak dan Gubernur Banten.

Para petani masyarakat Badui menggarap lahan pertanian itu di antaranya ada yang menyewa lahan juga menempati lahan Perum Perhutani dan lagan orang lain dengan sistem bagi hasil.

Karena itu, dalam agenda tradisi "Seba Badui" kemungkinan masyarakat Badui akan meminta pada kepala daerah setempat untuk memberikan lahan pertanian sehubungan penduduk Badui terus bertambah, sedangkan lahan garapan tanah hak ulayat adat relatif kecil.

"Kami tahun-tahun lalu juga selalu perjuangkan permintaan lahan pada Bupati Lebak dan Gubernur Banten," katanya.

Djaro Saijajuga menyinggung soal pandemi Covid-19. Menurut dia, masyarakat Badui yang berpenduduk sekitar 11.600 jiwa hingga kini belum ditemukan warganya terpapar positif terjangkit Covid-19. Namun demikian, pihaknya tetap menaati aturan pemerintah dengan berada di rumah, tidak keluar daerah dan juga menjaga jarak serta memakai masker.

Selain itu juga pemukiman masyarakat Badui dijaga agar orang luar atau pengunjung dilakukan pemeriksaan kesehatan dengan melibatkan puskesmas setempat. "Kami berharap pelaksanaan "Seba Badui" lancar di tengah pandemi Covid-19 itu," kata dia.

Sementara itu, Kudil (40), seorang warga Badui Luar mengatakan pihaknya sangat mendukung perayaan Seba Badui tetap digelar di tengah pandemi Covid-19 karena merupakan warisan adat. Selain itu juga pemerintah harus melestarikan budaya kearifan lokal, termasuk tradisi Seba Badui.

"Kami berharap momentum tradisi 'Seba Badui' dapat membebaskan Indonesia dari wabah corona," kata Kudil, yang juga seniman Badui ini.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement