Rabu 20 May 2020 15:23 WIB

Penjelasan Soal Tanya Malaikat tentang Penciptaan Manusia

Malaikat mengajukan pertanyaan kepada Allah soal penciptaan manusia.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Penjelasan Soal Tanya Malaikat tentang Penciptaan Manusia
Foto: Blogspot
Penjelasan Soal Tanya Malaikat tentang Penciptaan Manusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Surat al-Baqarah ayat 30 mengabadikan protes atau keberatan malaikat atas rencana Allah SWT menciptakan makhluk baru bernama manusia. Apakah keberatan malaikat itu dikagorikan bahwa malaikat memiliki nafsu?

Pengasuh Pondok Pesantren Integrasi Quran (PPIQ) 368, Bandung, Jawa Barat, KH Iskandar Mirza menjelaskan tentang redaksi ayat 30 ini. Sebelum menjelaskanya, Ustaz Mirza terlebih dahulu menyampaikan tentang unsur tiga makhluk yang telah diciptakaan Allah SWT yakni Iblis, Malaikat, dan Manusia.

Baca Juga

"Setidaknya kita mengenal tiga makhluk Allah SWT dengan kereteria berbeda, yaitu, Iblis (bagian dari bangsa jin), Malaikat dan Manusia," katnya melalui kajian onlinenya menjelang Maghrib, Selasa (19/5).

Master Trainer di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Motivasi Spiritual Qurani (MSQ) ini menyampaikan, bahwa Iblis diciptakan dari unsur api, Malaikat diciptakan dari unsur nur atau cahaya dan Manusia dicipta dari unsur tanah. Tipikal iblis adalah pembangkang, sedangkan malaikat adalah tipikal makhluk taat dan patuh. Hal ini dapat lihat surah at tahrim ayat 6) sebagai bukti bahwa malaikat tidak memiliki nafsu.

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."katanya.

Terkait dengan keberatan malaikat atas rencana Allah ciptakan manusia memang banyak muncul pertanyaan, bagaimana mungkin malaikat bisa melakukan prediksi bahwa "khalifah" yang diwakili oleh Nabi Adam AS sebagai nenek moyang manusia kelak nantinya akan menjadi sosok yang akan melakukan keonaran, kerusakan dan pertumpahan darah?!

"Mari kita perhatikan tafsir ayat ke 30 dari surah al-Baqarah, apakah prediksi malaikat terhadap eksistensi "khalifah" adalah bagian dari nafsu malaikat?.

KH Mirza menjelaskan, pertama, kata yang digunakan oleh malaikat dalam ayat itu menggunakan bentuk pertanyaan yaitu huruf alif yang dibaca "ataj'alu..." makna alif disini adalah bentuk pertanyaan apakah.

Artinya kata KH Mirza, bentuk tanya ini menunjukkan ketidaktahuan malaikat akan new product makhluk bernama "khalifah". Sebgai konsekwensi makhluk yang tidak punya pengetahuan adalah belajar dengan cara diajarkan.

"Dialog antara Allah dan Malaikat yang sering dimaknai sebagai bentuk protes malaikat ini seringkali dimaknai bagian dari nafsu, padahal itu adalah bentuk ketidaktahuan malaikat," katanya.

Adapun ungkapan malaikat yang mengatakan bahwa nanti "khalifah" ini akan membuat keonaran dan pertumpahan darah tidak lain adalah bagian dari ilmu yang diajarkan Allah SWT pada malaikat. Seakan Allah ingin memberitahukan pada malaikat sebuah informasi penting tentang "khalifah".

"Dari kalangan khalifah ini akan lahir para Nabi dan Rasul sebagai pengemban risalah langit, walau ada juga dari golongan makhluk ini yang ingkar dan melanggar titah langit atas potensi dan fisika iblis," katanya.

Dengan begitu kata KH Mirza, semakin jelas bahwa malaikat itu adalah makhluk yang ma'shum (bebas dosa), sifatnya tak pernah bermaksiat, senantiasa patuh dan taat pada titah langit. Ditinjau dari kajian nafsu dalam perspektif Alquran pun malaikat tidak memiliki nafsu.

Dalam Alquran ada tiga kategori nafsu, yaitu ; muthmainnah yaitu ; keinginan selalu mengingat Allah (QS. Al Fajr : 27-28), lawwaamah yaitu ;  keinginan mencela orang yang melakukan kesalahan baik dosa besar maupun dosa kecil (QS. Al-qiyamah : 2), dan as su'u yaitu ; keinginan untuk melakukan perbuatan dosa (QS. Yusuf : 53).

KH Mirza menyampaikan, bahwa sifat dan kreteria malaikat yang senantiasa bertasbih, dan mensucikan Allah SWT adalah bagian dari sifat asal malaikat itu sendiri, yang tidak berbuat dan bertindak kecuali adanya titah dan intruksi langsung dari Allah. Bahkan malaikat tidak pernah melakukan inisiatif dalam menjalankan amanah langit.

Hal ini katanya, berbeda dengan sifat manusia yang tercipta dari unsur tanah, di mana salah satu sifat tanah adalah menyerah dan menerima apapun yang ditanya di dalamnya tanpa melihat baik dan buruk semua dapat masuk pada dirinya. Sebab itu tiga sifat ini oleh Imam al Ghazali sangat mungkin dapat masuk pada diri manusia.

"Yaitu sifat malaikat yang mewakili kebaikan, sifat syaithoniyyah mewakili keburukan, dan sifat hayawaniyah mewakili nafsunya. WaAllahu a'lam," katanya mengakhiri kajian onlinenya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement