Kamis 21 May 2020 00:21 WIB

Relawan: Kerelawanan Covid-19 Berbeda dengan Bencana Alam

Relawan Covid-19 menghadapi virus sehingga harus kuat di data.

Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Ilustrasi
Foto: Republika/Thoudy Badai
Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Relawan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Andre Rahadian mengatakan kerelawanan pada masa pandemi Covid-19 berbeda dengan kerelawanan pada saat penanggulangan bencana alam.

"Kalau bencana alam, relawan bekerja langsung secara fisik mengevakuasi orang dari reruntuhan dan lain-lain. Kali ini yang dihadapi virus, jadi harus kuat di data," kata Andre saat jumpa pers yang diadakan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang disiarkan langsung akun Youtube BNPB Indonesia dipantau di Jakarta, Rabu (20/5).

Karena itu, para relawan nonmedis Covid-19 juga membantu dalam pengumpulan data, misalnya data orang dalam pemantauan, pasien dalam pengawasan, masyarakat yang terdampak secara ekonomi, selain memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Andre mengatakan relawan Covid-19 yang terdaftar di bawah Gugus Tugas Percepatan Penangann Covid-19 mencapai 30.098 orang. Sebanyak 80 persen di antara mereka berusia 40 tahun ke bawah, sehingga relatif aman dari penularan Covid-19 dan bisa bekerja secara maksimal.

"Sejauh ini belum ada relawan di Gugus Tugas yang positif Covid-19. Mudah-mudahan tidak sampai ada. Pelatihan dan pelindungan kepada relawan tetap dilakukan. Jangan sampai tugasnya membantu masyarakat, tetapi malah menjadi korban dan ikut menyebarkan Covid-19," tuturnya.

Dalam menghadapi norma kehidupan normal yang baru dalam menghadapi Covid-19, Andre mengatakan tim relawan telah mempersiapkan data dan protokol kesehatan, misalnya bagaimana tetap berjualan dan berbelanja di pasar yang aman agar tidak menularkan atau tertular Covid-19.

"Relawan bergerak di pasar untuk memberikan informasi dan pelindung wajah. Norma kehidupan normal yang baru ini tidak bisa dihindari sampai dengan vaksin Covid-19 ditemukan," katanya.

Andre mengatakan perang menghadapi Covid-19 masih akan berjalan panjang. Karena itu, dia mengajak seluruh elemen masyarakat tidak menyerah.

"Kita bisa menjalani kehidupan normal yang baru bersama seluruh elemen masyarakat, tidak akan bisa bila hanya bersandar pada pemerintah saja," tuturnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement