REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemberdayaan kaum dhuafa dan mustadafin selama pandemi menjadi perhatian Muhammadiyah. Terutama, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) agar tidak sekadar diberikan bantuan tapi mampu diberdayakan.
Ketua MPM PP Muhammadiyah, Dr Nurul Yamin mengatakan, keberpihakan dalam menolong kesengsaraan jadi modal untuk selalu membantu kaum dhuafa. Melalui komando MCCC, pemberdayaan dhuafa yang terdampak sudah dilakukan sejak awal.
Ia menyampaikan, pemberdayaan yang dilakukan dengan pemenuhan dalam sektor ketahanan pangan yaitu pemberian sembako. MPM PP Muhammadiyah menggelorakan jihad kedaulatan pangan untuk membantu masyarakat dhuafa menghadapi pandemi.
"Karena menganjurkan memberikan makan kepada orang miskin itu menjadi bagian dari menegakkan agama, tidak melakukannya itu bagian dari mendustakan agama," kata Yamin, Kamis (21/5).
Pemenuhan dalam sektor ketahanan pangan sendiri melalui dinamika yang cukup panjang. Sebab, MPM mengutamakan pemberdayaan, produksi pangan distribusi, sampai penerimanya melibatkan upaya-upaya bersifat pemberdayaan masyarakat.
"Jadi, upaya-upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Muhammadiyah harus disalurkan kepada orang yang tepat, invertensi yang tepat," ujar Yamin.
Setelah sektor pemenuhan pangan, MPM mengupayakan kepada warga Muhammadiyah untuk membiasakan membeli produk lokal milik Muhammadiyah dan bermitra amal usaha miliki persyarikatan. Tujuannya, mengamankan perputaran usaha.
Yamin menerangkan, upaya-upaya lanjutan lewat memberdayakan masyarakat untuk bisa memenuhi kebuhutuhannya sendiri berdasarkan kemampuan lingkungan. Tahap ini memunculkan potensi-potensi dalam masyarakat.
"Tanggap darurat memenuhi kebutuhan pangan, kemudian memberdayakan masyarakat melalui potensi yang ada di lingkungan dan dikembangkan menjadi skill," kata Yamin.