REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari buka-bukaan mengapa ia menolak vaksin pendiri Microsoft Bill Gates. Ia menilai ada yang aneh dengan kampanye vaksin salah satu orang terkaya di dunia itu.
"Ada sesuatu yang aneh menurut saya ya," ujar Siti Fadilah saat buka-bukaan dengan Deddy Corbuzier yang diunggah di akun Youtube pribadi Deddy pada Rabu (21/5).
Siti mengaku mengikuti Bill Gates di Forum Ekonomi Dunia di Davos yang biasanya digelar setiap awal tahun. Pada satu kesempatan, Bill Gates jadi pembicara utama. Di sana ia menggebu-gebu bilang akan terjadi pandemik. Anehnya, kata Siti Fadilah, Bill Gates telah lebih dulu mempersiapkan vaksin.
"Ini selalu pandemik selalu ada vaksin. Kenapa gak pandemik ya pandeminya dihentikan, kenapa mesti dibikin vaksin. Jadi kenapa ya mbok dicegah jangan sampai ada pandemik," ujarnya bertanya-tanya.
Siti mengungkapkan, Bill Gates, bukan kelulusan kedokteran. Namun mengapa dia begitu fasihnya berbicara akan terjadinya pandemi."Itu yang tak masuk di akal saya. dia kan pebisnis, ahli virus, tapi mungkin di komputer," ujarnya.
Siti pun bercerita soal langkahnya menggugat tawaran vaksi flu burung oleh WHO pada 2017. Pada awalnya, Siti mengaku hanya membatin dalam hati. Namun akhirnya ia mencoba membuktikan bahwa prasangkanya itu benar. Untuk menghentikan flu burung, kata Siti, tidak perlu dibuat vaksin. Flu burung belum sampai menyebar dari manusia ke manusia.
"Waktu itu WHO berkoar-koar flu burung menular dari manusia ke manusia, saya gak mau. Saya akan buktikan virus saya tak menular. Nah itu saya protes juga ke PBB. Setop flu burung, gak pake vaksin, tapi dengan politik," ujarnya.
Coba seandainya, jelas Siti, jika ia mengikuti saran WHO dengan membeli vaksin yang harganya mahal. Tentu hal tersebut tidak akan menguntungkan buat keuangan negara. "Saat itu vaksinnya mau djual ke Indonesia, dan kita harus ngutang beli vaksin karena mahal," ujarnya.
Seperti diketahui, Bill dan Melinda Gates merupakan pendonor utama Badan Kesehatan Dunia (WHO). Bill dan Melinda berada di peringkat kedua setelah Amerika Serikat.