REPUBLIKA.CO.ID, KULINER -- Bisnis kuliner memang menjadi salah satu bisnis yang banyak di pilih oleh pelaku bisnis di Indonesia. Salah satunya karena keberagaman dari kuliner yang ada di negeri ini.
Menjamurnya bisnis kuliner yang ada membuat Rahmi Apriani dan Ega Nurhilman alumni kampus Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Sukabumi merasa tertantang untuk ikut memulai usaha kuliner juga.
Kedua alumni kampus UBSI Sukabumi ini menciptakan bisnis sendiri dengan nama Kedai Reumbay. Kedai ini menawarkan aneka ragam menu seblak seperti cumi flowers kuah tulang, bakso ayam kuah tulang, bakwan kuah tulang, kornet kuah tulang, tahu kuah tulang, basreng kuah tulang, otak-otak kuah tulang hingga cireng kuah tulang.
Menurut Ega, secara bahasa, reumbay artinya mata berkaca-kaca hingga nyaris mengeluarkan air mata. Adapun nama Kedai Reumbay sendiri terinspirasi dari ayahnya yang mengatakan bahwa orang yang makan makanan pedas itu pasti akan rereumbay (bercucuran air mata) dalam bahasa Sunda.
Ia melanjutkan bahwa bisnis tersebut berawal dari kesukaannya terhadap seblak sehingga tercetus ide untuk membuat menu seblak yang beda dari yang lain. “Keistimewaan seblak Kedai Reumbay dari seblak lain pada umumnya juga terletak pada rasa kuahnya yang di kombinasi dengan potongan tulang ayam,” kata Eka dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Kedai Reumbay berdiri sejak 19 Desember 2017, beralamat di Jalan Raya Cibodas Desa Cisarua RT 02/09 Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Awalnya sang pemilik kedai, Rahmi dan Ega, sepulang kuliah melakuan eksperimen dengan membuat seblak, tapi bukan seblak kerupuk melainkan seblak bakso yang diiris-iris dan diberi kuah tulang dan rasanya sesuai dengan harapan.
Sejak itulah Rahmi dan Ega berpikir, untuk berjualan seblak kuah tulang dengan modal nekad. Hanya dengan modal Rp 30 ribu, ternyata bisa menghasilkan uang Rp150 ribu. Kemudian mereka mulai menambah stok jualan, dan mulai rajin mengumpulkan untung sebelum resmi membuka kedai.
Selain itu, Rahmi dan Ega juga rajin mengoptimalkan media sosial milik mereka untuk promosi usahanya itu. Kini, dari usaha jualan seblaknya, Rahmi dan Ega berhasil meraup omset Rp 5-6 juta per hari.
“Alhamdulillah setelah dibuka dan rajin promosi di medsos, Kedai Reumbay ini mulai dikenal banyak orang,” tutur Rahmi yang mendampingi Ega.
Kini Kedai Reumbay sudah memiliki lima orang karyawan. “Alhamdulillah sekarang sudah bisa mengurangi beban orang tua,” imbuhnya.
Sebagai pemilik, mereka juga ikut melayani pembeli yang datang ke kedai. Kedai Reumbay juga melayani delivery order dan bisa mencapai 300-400 boks setia harinya.
Rahmi dan Ega pun berbagi rahasia sukses membuka usaha kuliner. Menurut mereka, sukses itu tidak harus pintar, cantik dan kaya. Sukses itu cukup dengan bekerja keras, doa dari orang tua, diridhoi Allah, tekun dan jangan banyak mengeluh.
“Saya ingin sukses tanpa harus bekerja menjadi seorang karyawan, melainkan ingin membuka lapangan kerja untuk orang lain. Karena, biarpun penghasilannya sedikit, tapi kitalah bosnya. Jadi, tidak perlu takut untuk memulai usaha,” pungkas Rahmi.