Kamis 21 May 2020 15:59 WIB

Cegah Impor, PM Jepang Minta Produksi Ventilator Ditambah

Abe meminta perusahaan otomotif bantu siapkan komponen ventilator.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Yeyen Rostiyani
PM Jepang Minta Produksi Ventilator Ditambah. Tampak satu unit ventilator siap dipakai.
Foto: John Minchillo/AP
PM Jepang Minta Produksi Ventilator Ditambah. Tampak satu unit ventilator siap dipakai.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe akan membuat 2.000 ventilator untuk pasien virus corona. Abe ingin sejmlah perusahaan Jepang membuat ventilator untuk menambah stok yang sudah terpakai di rumah sakit.

Namun, rencana Abe untuk menambah ventilator dinilai tidak perlu karena persediaan di rumah sakit sudah mencukupi. Kementerian Kesehatan mengakui bahwa kebutuhan ventilator di rumah sakit sudah tercukupi. Rata-rata rumah sakit membeli ventilator dari luar negeri. Para pakar industri mengatakan, perusahaan akan mengalami kesulitan memproduksi ventilator dalam jumlah besar.

"Ini mungkin lebih dari yang dibutuhkan oleh Jepang sekarang. Memang benar, tidak ada sumber daya yang cukup memenuhi syarat untuk mengoperasikannya," ujar seorang pejabat di Kementerian Kesehatan, Akihisa Maeda.

Rencana Abe menunjukkan bahwa krisis virus corona telah memicu kekhawatiran tentang jumlah impor dari luar negeri. Jepang juga menawarkan pendanaan kepada perusahaan untuk mengalihkan produksi masker dan produk lainnya dari Cina. Maeda mengatakan, Jepang perlu mengurangi ketergantungan impor dari Amerika Serikat, Eropa, dan Cina.

"Ini masalah keamanan nasional. Wabah virus corona telah menunjukkan hal itu," ujar Maeda.

Untuk membuat ventilator dalam jumlah besar dibutuhkan teknisi khusus. Selain itu, perusahaan masih perlu mendatangkan komponen dari luar negeri di tengah permintaan internasional yang meningkat.

Abe telah meminta Toyota Motor Corp, Nissan Motor Co, Sony Corp, dan perusahaan lainnya untuk membantu menyediakan komponen ventilator. Namun, menurut sejumlah perusahaan tersebut menyediakan komponen untuk ventilator bukan perkara mudah dan terlalu berisiko.

"Kami bersedia bekerja sama, tetapi ini adalah pasar kecil dan berisiko," ujar seorang pejabat eksekutif perusahaan otomotif yang tidak mau disebutkan namanya. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement