Kamis 21 May 2020 16:12 WIB

HNW Minta RI Belajar dari Pengalaman Negara Lain Soal Corona

Diantaranya yaitu hadirnya pemimpin yang responsif dan bertanggung jawab

Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA. mengingatkan agar pemerintah lebih focus terhadap penanganan virus Corona,  sebagaimana Keputusan Presiden Joko Widodo yang menjadikan covid-19 sebagai Bencana Nasional.
Foto: MPR
Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA. mengingatkan agar pemerintah lebih focus terhadap penanganan virus Corona, sebagaimana Keputusan Presiden Joko Widodo yang menjadikan covid-19 sebagai Bencana Nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Wakil Ketua MPR-Rİ, Hidayat Nur Wahid mengingatkan agar İndonesia tidak mengabaikan pengalaman negara lain. Hal itu disampaikan Hidayat setelah mendapatkan masukan dari para pakar dan analis lintas negara dari lima (5) benua dalam sebuah Webinar yang diselenggarakan The İndonesian Democracy Initiative (TIDI) pada Rabu (21/5).

"Kalau kita lihat pengalaman negara lain, sebagaimana kemarin kita dengar di Webinar TIDI, diantaranya ada lima kesamaan dibalik efektivitas penanganan COVID-19 yang efektif, "jelas dia lewat keterangan tertulis kepada Republika.co.id.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menyebut diantaranya yaitu hadirnya pemimpin yang responsif dan bertanggung jawab menyelamatkan warganya, masyarakat yang perhatian dan disiplin terhadap protokol, pelayanan kesehatan yang cepat dan murah, transparansi informasi dan komunikasi publik yang kompak, pentahapan terukur berbasis pertimbangan ilmiah dalam upaya memutus arus penyebaran virus.

Hidayat juga mengatakan, demi menyelamatkan umat, Rasulullah saw bersedia menerima saran dari Salman al Farisi, teknokrat dari Persia yang menganjurkan pembuatan parit di Madinah dalam perang Ahzab. Spirit serupa haruslah juga tercermin dalam jati diri kaum muslimin, khususnya di Indonesia.

Negara Taiwan merupakan contoh pengendalian pandemi dengan menyediakan payung sebelum hujan. “Caranya dengan proaktif dan menyiapkan pengujian dalam jumlah masal”, ujar Derry Permana Yusuf dari Taiwan. Taiwan merupakan negara yang pertama merespon ketika ditemukan kasus pertama di Wuhan, bahkan sebelum dikenal dengan nama Covid-19.  Dengan pengetahuan tersebut, Taiwan segera menerapkan pembatasan dan pengendalian disertai dengan pendeteksian dini di dalam negeri. “Saat ini Taiwan sudah mencatat zero penambahan kasus” ujar Dery.

Pendekatan pengujian secara masal juga diterapkan oleh Korea Selatan. “Korea Selatan dari awal menggandeng industri untuk memproduksi test kit secara masal” ujar Ahmad Z. Taning, kandidat doctoral dari University of Science Technology, Korea Selatan. Korea Selatan merupakan salah satu negara yang tidak menerapkan lockdown namun hanya pembatasan sosial secara ketat. 

Dia melanjutkan, Korea Selatan berhasil menekan angka kematian dan meningkatkan angka recovery dengan melakukan trace-treat-inform. Saat ini sudah 740.000 penduduk Korea Selatan yang sudah ditest corona.Pemerintah Korea Selatan kemudian menginformasikan hasil tes beserta panduan kepada penduduk melalui aplikasi dan media sosial warga. Mereka yang didapatkan positif dan yang terkait diminta melakukan perawatan dan karantina. 

Berbeda dengan Korea Selatan, pemerintah Malaysia termasuk dalam negara yang menerapkan lockdown secara bertahap dan terstruktur melalui Movement Control Order (MCO). “Dari data, penambahan kasus, didapati bahwa metode ini efektif meredam wabah corona”, ujar Prof DR Erry Yulian, pengajar di International Islamic University Malaysia. Terdapat data fluktuatif penambahan kasus yang terkorelasi dengan buruh migran. Namun penambahan ini masih terkontrol sebab kepatuhan publik di angka 90%. “Malaysia cukup tegas dalam mendisplinkan warga dengan memenjarakan 1.000 orang yang melanggar MCO.” terang Erry. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement