REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menteri BUMN Erick Thohir akan melibatkan masyarakat untuk mewujudkan swasembada gula pasir dalam negeri. Saat ini, Indonesia masih tergantung dengan impor gula pasir tersebut.
Erick mengatakan, saat ini kebutuhan gula dalam negeri adalah 3,5 juta ton per tahun. Sementara Bulog sendiri hanya mampu mengadakan 800.000 ton gula saja. Sisanya disuplai oleh swasta sebanyak 1,2 juta ton.
"Jadi ada delta 1,5 juta ton gula yang selama ini dipenuhi dari impor," ujar Erick di sela-sela kunjungannya ke gudang Bulog di Gedebage, Kota Bandung, Kamis (21/5).
Menurut Erick, saat ini pihaknya sedang menyusun road map dengan melibatkan PTPN dan Perhutani. "Kita mau jadikan satu klaster. Dengan jumlah lahan gulanya bisa 130 ribu hektare tambah dengan kerja sama masyarakat 140 ribu jadi 270 ribu hektare," katanya.
Berdasarkan perhitungan, kata dia, jika per hektare menghasilkan 7 kg gula, diharapkan dengan penggabungan kluster BUMN dan rakyat bisa swasembada gula. Dengan demikian Indonesia tidak perlu impor lagi karena sudah bisa memenuhi kebutuhan gula dalam negeri.
"Tapi ini road map bisa terwujud sekitar 2 sampai 3 tahun. Kita coba, tapi tak bisa terus bicara ini bulan depan enggak impor. Enggak bisa, impor masih tetap ada," katanya.
Kunjungannya ke gudang Bulog ini, kata dia, salah satu alasannya untuk mengecek langsung distribusi Bulog dan BUMN pangan sudah baik. Ke depannya, ia pun ingin memastikan penggabungan kluster pangan, baik PTPN Perhutani dan Bulog.
"Mau ada road map. Swasembada gula tiga empat tahun ke depan bisa lancar. Dengan hitungan awal 270 ribu hektare kali 7 kilo ya kita enggak usah impor gula lagi supaya tak ada permainan impor gula lagi. Yang kasihan harga tetap tinggi," paparnya.
Selain itu, Erick pun ingin memastikan kelancaran distribusi paket sembako yang dilakukan BUMN. "Saya cek kondisi beras sangat cukup. Gula juga masuk, harga bukan wewenang saya. Saya ingin mastikan distribusi yang dilakukan Bulog dan BUMN pangan itu benar," katanya.