REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON -- Angin kencang melanda Kabupaten Cirebon, Rabu (20/5) malam. Kecepatan angin yang hampir dua kali lipat dari kecepatan normal itu bahkan menerbangkan tenda check point di sejumlah lokasi.
Korlap Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Faozan, menyebutkan, angin kencang telah menerbangkan tenda check point Ramayana Weru maupun tenda check point Rawagatel Susukan. Meski demikian, tidak ada petugas yang terluka akibat kejadian tersebut.
‘’Alhamdulilah semua selamat. Tidak ada yang terluka,’’ ujar Faozan kepada Republika.co.id, Kamis (21/5).
Sementara itu, dari sejumlah video yang beredar di jagat maya maupun yang menyebar di berbagai grup WhatsApp, angin kencang yang disertai hujan menerjang dengan keras tenda check point yang terpasang di kedua daerah tersebut. Sejumlah petugas yang ada di lokasi berusaha keras mempertahankan tenda.
Namun, angin yang bertiup semakin kencang tak bisa mereka lawan. Akhirnya, tenda dengan cepat diterbangkan angin dan langsung roboh.
Selain di Kabupaten Cirebon, angin kencang juga melanda berbagai wilayah di Kabupaten Indramayu dalam waktu hampir bersamaan. Tiupan angin kencang yang terjadi secara tiba-tiba itu telah menimbulkan suara menderu yang mengejutkan warga.
Forecaster BMKG Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn, menjelaskan, angin kencang yang melanda wilayah Cirebon dan Indramayu pada Rabu (20/5) malam memiliki kecepatan maksimum 25 knot/46 km per jam. ‘’Kecepatan angin maksimum normalnya 15 knot atau 28 km per jam,’’ terang Faiz.
Sementara itu, peringatan kondisi hujan lebat yang disertai angin kencang, kilat/petir sebelumnya telah disampaikan BMKG. Untuk Jawa Barat, kondisi cuaca itu diprakirakan terjadi pada 20 – 22 Mei 2020.
Dalam informasi yang disampaikan Rabu (20/5), BMKG menyebutkan, daerah tekanan rendah/LPA terpantau di Samudera Hindia Barat Daya Sumatera yang membentuk konvergensi memanjang di Samudera Hindia Barat Daya Lampung hingga perairan barat Lampung. Selain itu, belokan angin di sekitar Sumbar, Bengkulu, Sumsel, Bangka Belitung dan Kalimantan.
Hal itu mampu menginduksi peningkatan kecepatan angin di sekitar sistem yakni di Samudera Hindia Barat Sumatera dan Samudera Hindia Selatan Jawa hingga Nusa Tenggara. Adapun kecepatan angin yang bertiup diperkirakan mencapai lebih dari 25 knot.