Jumat 22 May 2020 04:55 WIB

Pakar: Mutasi Virus yang Cepat Buat Pandemik Sulit Diputus

Tak hanya itu, mutasi yang cepat juga menyulitkan pembuatan vaksin dan obatnya.

Mutasi virus Covid-19 yang begitu cepat membuat pandemi ini sulit diputus (Foto: ilustrasi penelitian vaksin Covid-19)
Foto: Antara/Umarul Faruq
Mutasi virus Covid-19 yang begitu cepat membuat pandemi ini sulit diputus (Foto: ilustrasi penelitian vaksin Covid-19)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru besar Biologi Universitas Negeri Malang, Profesor Mohamad Amin, menilai, mutasi virus Covid-19 yang begitu cepat membuat pandemi ini sulit diputus. Tak hanya itu, juga menyulitkan pembuatan vaksin serta obatnya.

"Berdasarkan tinjauan ilmu virologi, penyebaran pandemi COVID-19 ini tidak bisa diputus karena mutasi virus yang sangat cepat sehingga dapat menimbulkan varian-varian baru virus," ujar Mohamad Amin dalam seminar daring di Jakarta, Kamis (21/5).

Baca Juga

Dia menjelaskan bahwa dari tinjauan ini juga tampaknya akan sulit untuk membuat vaksin maupun obat anti-virus. Hal ini mengingat virus ini selalu bermutasi melahirkan varian-varian baru akan menyulitkan peneliti maupun ahli kesehatan untuk membuat desain obatnya.

"Desain obat harus fix atau permanen sebelum dibuat, ketika ada sedikit perubahan maka harus dilakukan desain yang baru," katanya.

Dengan demikian, menurutnya cara terbaik untuk menjalani kehidupan new normal jika vaksin sulit ditemukan adalah melakukan pencegahan. Hal ini agar tidak terlalu banyak orang masuk rumah sakit hingga melebihi kapasitas akibat COVID-19.

"Dengan demikian perlu menjalankan langkah-langkah preventif agar masyarakat yang masih sehat tidak terinfeksi COVID-19. Selain itu langkah lainnya yang perlu dilakukan adalah membuat orang sakit atau positif COVID-19segera sembuh," ujar Mohamad Amin.

Dalam paparannya, dia menyampaikan bahwa kehidupan New Normal mendorong masyarakat harus beralih atau move on dengan mengubah pola pikir dan kebiasaannya karena tidak perlu berharap hilangnya virus corona dengan memutus mata rantai penularan 100 persen. Masyarakat harus bisa menerima bahwa mereka tidak bisa lagi hidup normal kembali seperti semula pascapandemi COVID-19..

"Bagaimana cara cerdas menata kehidupan Normal Baru atau New Normal adalah kebiasaan-kebiasaan positif baru seperti kerja dari rumah, menggunakan masker dan menjaga jarak yang sudah kita lakukan untuk bertahan selama pandemi COVID-19, jangan ditinggalkan," kata Mohamad Amin.

Selain itu Guru besar Biologi itu juga menambahkan bahwa kita perlu menjadi masyarakat yang cerdas dengan memiliki wawasan ilmu dan pengetahuan. Kendati demikian, lanjut dia, program kebijakan dalam menangani dan mencegah meluasnya penyebaran COVID-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan menjaga jarak sosial harus tetap dilanjutkan.

"Target saat ini bukan memberantas virus melainkan menekan jumlah orang yang terinfeksi bersamaan serendah mungkin. Kalau nanti semakin banyak yang terinfeksi maka pelayanan kesehatan di Indonesia akan sangat kewalahan, dan kalau yang terinfeksi COVID-19. tidak segera mendapat pelayanan kesehatan maka proses penyembuhannya tidak cepat," ujar Amin.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement