REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Seorang ilmuwan HIV terkemuka di Amerika Serikat mengatakan bahwa masyarakat tidak seharusnya mengharapkan ada vaksin Covid-19 dalam waktu dekat. William Haseltine yang terkenal dengan karya inovatifnya seputar HIV/AIDS dan genom manusia menyatakan bahwa selagi vaksin Covid-19 dikembangkan, dia tidak akan mengandalkannya.
"Jangan dengarkan para politisi yang mengatakan bahwa kita akan memiliki vaksin Covid-19 pada saat pemilihan ulang tiba," kata Haseltine, dilansir di Fox News, Jumat (22/5).
Meskipun mungkin akan selesai dalam waktu dekat, menurut Haseltine, vaksin itu tidak langsung dapat dipakai. "Karena setiap kali orang mencoba membuat vaksin, untuk Sars atau Mers, vaksin itu sebenarnya tidak melindungi," ujar profesor yang pernah bergabung di Harvard Medical School dan mendirikan dua departemen penelitian tentang kanker dan HIV/AIDS serta salah satu ilmuwan pertama yang mengenali bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit AIDS.
Ketika melihat Covid-19, Haseltine mengatakan, vaksin yang dikembangkan di masa lalu untuk jenis virus corona yang lain telah gagal melindungi selaput lendir di hidung tempat virus biasanya memasuki tubuh. Dia mengungkapkan bahwa walaupun pengujian vaksin Covid-19 eksperimental pada hewan telah melihat pengurangan jumlah virus pada organ tertentu, nyatanya infeksi masih tetap ada.
Soal klaim Moderna tentang hasil yang menjanjikan dari uji coba vaksinnya, Haseltine mengibaratkannya dengan kepala eksekutif perusahaan publik yang mengumumkan laporan pendapatan yang menguntungkan tanpa menyediakan data keuangan pendukung. Alih-alih mengandalkan vaksin untuk mengatasi pandemi virus corona, ia meyakini cara terbaik untuk mengendalikan virus adalah dengan proaktif melakukan pelacakan infeksi secara hati-hati serta langkah-langkah isolasi ketat setiap kali ada penyebaran.
Haseltine menyarankan masyarakat untuk memakai masker, mencuci tangan, membersihkan permukaan, dan menjaga jarak untuk membatasi penyebaran itu. Dia juga memberikan pendapatnya tentang negara mana yang paling baik menangani krisis Covid-19 sejak wabah dimulai kurang dari enam bulan lalu.
China, Korea Selatan, dan Taiwan dianggapnya telah melakukan yang terbaik dalam mengatasi infeksi. Sementara AS, Rusia, dan Brasil telah melakukan yang terburuk.
Haseltine mengatakan, bahwa China dan beberapa negara Asia lainnya telah melakukan pekerjaan yang baik untuk mengisolasi orang yang terinfeksi dari masyarakat. Di lain sisi, ia mengkritik AS dan negara-negara lain karena tidak melakukan cukup banyak hal untuk secara paksa mengisolasi mereka yang terkena virus.