Jumat 22 May 2020 11:15 WIB

Guatemala Protes AS Terus Deportasi Orang Positif Covid-19

Presiden Guatemala Alejandro Giammattei memprotes deportasi AS

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Presiden Guatemala Alejandro Giammattei memprotes deportasi AS. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Oliver de Ros
Presiden Guatemala Alejandro Giammattei memprotes deportasi AS. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, GUATEMALA CITY - Presiden Guatemala Alejandro Giammattei kini mempertanyakan hubungan negaranya dengan Amerika Serikat (AS) menyoal orang-orang yang dideportasi. AS sebagai negara sekutu terus mengirim orang yang dideportasi yang telah terinfeksi Covid-19 ke negaranya. Padahal Guatemala juga tengah berjuang untuk mengelola krisis.

"Sekutu ini dengan AS tidak benar. Guatemala adalah sekutu AS, tetapi AS bukan sekutu Guatemala. Mereka tidak memperlakukan kita seperti sekutu," kata Presiden Guatemala Alejandro Giammattei seperti dikutip Aljazirah, Jumat (22/5).

Baca Juga

Giammattei adalah pemimpin pertama di kawasan itu yang menentang kebijakan AS mendeportasi ribuan orang kembali ke negara masing-masing sejak pandemi Covid-19 baru dimulai. Guatemala telah mengoonfirmasi 119 orang yang dideportasi tiba dengan infeksi Covid-19 dari AS, termasuk tiga orang yang dikonfirmasi oleh seorang pejabat kesehatan pada Rabu. 

Negara ini telah menangguhkan penerbangan deportasi pada beberapa kesempatan setelah penumpang yang terinfeksi terdeteksi, tetapi kembali setelah jaminan dari otoritas AS. AS mulai menguji orang yang dideportasi dari Guatemala untuk penyakit ini sebelum mendeportasi mereka.

Namun bahkan saat itu Guatemala telah mendeteksi orang yang dideportasi sudah dinyatakan positif Covid-19. Padahal beberapa telah diuji dan disertifikasi sebagai negatif sepekan sebelum keberangkatan mereka.

Giammattei mengatakan orang terinfeksi yang dideportasi menciptakan masalah serius dalam sistem kesehatan negaranya yang sudah kelebihan beban. "AS telah membantu negara-negara lain termasuk dengan ventilator dan bagi kami tidak ada yang datang, bahkan jagung cincang," katanya selama konferensi pers virtual dengan Dewan Atlantik Adrienne Arsht Latin America Center.

"Kami tidak merasa bersyukur atas cara kami diperlakukan," katanya menambahkan. Giammattei tampaknya merujuk pada bantuan medis yang dikirim ke Meksiko, El Salvador, dan Honduras. Semua pemerintah negara-negara tersebut menerima orang yang dideportasi tanpa keluhan. 

Bulan lalu, Giammattei absen dari daftar panggilan telepon yang dilakukan Presiden AS Donald Trump kepada presiden El Salvador dan Honduras yang menawarkan bantuan dan dorongan semangat. "Kami mengerti AS ingin mendeportasi orang. Tetapi yang tidak kami pahami adalah bahwa mereka mengirim semua penerbangan yang terkontaminasi," katanya.

Analis politik Renzo Rosal mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa masalah ini meningkatkan ketegangan antara kedua negara. AS secara tak kenal malu terus mengirim migran yang terinfeksi dan belum mematuhi apa yang ditawarkannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement