REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak penyelenggara Olimpiade Tokyo pada tahun depan akan menghadapi masalah besar.
“Masalah besarnya adalah di Olimpiade itu nanti akan ada ribuan atlet yang berasal dari 206 negara. Kemarin, ditemukan 10.000 kasus COVID-19 baru di Brazil. Tidak banyak negara yang mampu mengatasi penyebaran virus corona,” kata Pejabat senior olimpiade internasional John Coates dikutip dari Reuters, Jumat (22/5).
“Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan Olimpiade Tokyo hanya bisa digelar tahun 2021, tidak bisa ditunda lagi. Saat itu, kami harus mengantisipasi kalau-kalau vaksin COVID-19 belum ditemukan, atau jika sudah ditemukan, apakah jumlahnya akan cukup untuk dibagikan ke seluruh dunia,” ujar Coates.
Pada Maret 2020, panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo (IOC) dan pemerintah Jepang mengambil keputusan untuk menunda perhelatan ajang olahraga bergengsi tersebut selama satu tahun kedepan, tepatnya hingga Juli 2021, akibat pandemi virus corona.
Lebih dari lima juta orang di seluruh dunia tercatat telah terinfeksi COVID-19 dan 334.000 di antaranya bahkan meninggal dunia. Beberapa negara, di antaranya Brazil dan Amerika Serikat, hingga kini masih terus berjuang menghadapi ribuan kasus baru setiap harinya.
Dengan kondisi tersebut, Coates pun meminta kepada pihak penyelenggara Olimpiade Tokyo agar mulai membuat rencana pada Oktober 2020 jika pandemi COVID-19 belum mereda hingga pelaksanaan Olimpiade nanti.
“Pada Oktober tahun ini, kalau sekiranya belum ada tanda-tanda pandemi COVID-19 akan mereda, maka kami harus menyiapkan banyak skenario supaya Olimpiade Tokyo tetap bisa digelar,” tutur Coates.
“Apakah kami perlu mengkarantina Olympic Village beserta seluruh atlet? Apakah Olimpiade itu nanti bisa ditonton langsung oleh masyarakat? Apa kami perlu memisahkan atlet dengan awak media di mixed zone? Yang pasti, Olimpiade Tokyo ini akan sangat jauh berbeda dengan Olimpiade sebelum-sebelumnya,” ungkap Coates.