Jumat 22 May 2020 12:31 WIB

AS akan Negosiasikan Perjanjian Kontrol Nuklir dengan Rusia

AS tak akan hengkang dari perjanjian nuklir dengan Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Reaktor Nuklir Nebraska, Amerika Serikat. AS tak akan hengkang dari perjanjian nuklir dengan Rusia. Ilustrasi.
Foto: Reuters
Reaktor Nuklir Nebraska, Amerika Serikat. AS tak akan hengkang dari perjanjian nuklir dengan Rusia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) berkomitmen untuk tidak hengkang dari perjanjian nuklir Strategic Arms Reduction Treaty (New START) yang dijalin dengan Rusia. Perjanjian itu telah berakhir pada Februari lalu.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Robert O'Brien mengungkapkan, AS justru akan berupaya mengadakan negosiasi dengan Rusia. "Tidak, saya pikir tidak begitu. Kita akan mengadakan negosiasi dengan iktikad baik dengan Rusia tentang kontrol senjata nuklir," ucapnya.

Baca Juga

Keterangan itu ia sampaikan saat ditanya apakah AS akan keluar dari perjanjian New START dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada Kamis (21/5).

Dalam New START, AS dan Rusia dilarang mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pembom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya. Namun Presiden AS Donald Trump telah beberapa kali menuding Rusia tak mematuhi perjanjian tersebut.

Pada 7 Mei lalu, Trump sempat mengatakan bahwa AS berkomitmen terhadap kesepakatan pengendalian senjata yang efektif. Namun dia menginginkan hal itu tak hanya melibatkan negaranya dan Rusia, tapi juga China. Beijing telah menyatakan tak berniat terlibat dalam dikusi atau perjanjian seperti itu.

“New START tetap menjadi perjanjian nuklir penting antara Rusia dan AS serta membutuhkan perhatian besar. Ini adalah dasar dari stabilitas strategis untuk kedua negara, serta dasar stabilitas strategis global. China tidak memiliki niat untuk terlibat dalam pembicaraan trilateral tentang pengendalian senjata strategis,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Zhao Lijian pada 15 Mei lalu.

Dia menyebut Rusia dan AS memiliki persenjataan nuklir terbesar. Menurutnya kedua negara harus memiliki tanggung jawab khusus untuk menguranginya dan menciptakan kondisi bagi negara-negara lain bergabung dalam kesepakatan pengendalian senjata multilateral.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement