REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Jawa Tengah, melalui Dinas Kesehatan Kota (DKK) menggelar rapid test Covid-19 di 12 pasar tradisional dan pusat perbelanjaan, Jumat (22/5). Rapid test menyasar pengunjung, pedagang, kasir, hingga juru parkir.
Totalnya, ada 300-an sampel yang diambil petugas. Dua belas pasar dan pusat perbelanjaan tersebut di antaranya, Pasar Rejosari, Pasar Depok, Pasar Nusukan, Pasar Klewer, Beteng Trade Center (BTC), Pusat Grosir Solo (PGS), Matahari Singosaren, Luwes Gading, Luwes Nusukan, Pasar Jongke, Pasar Sidodadi, dan Pasar Ayam Silir.
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, rapid test di 12 pasar tradisional dan pusat perbelanjaan bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan mencari fokus-fokus rantai penularan. Terlebih, dalam beberapa hari terakhir kondisi pasar tradisional dan pusat perbelanjaan terbilang ramai.
Sebelum ada vaksin, lanjutnya, cara utama mencegah penyebaran virus corona melalui jaga jarak fisik atau physical distancing, sering mencuci tangan, dan pakai masker. "Physical distancing di pasar-pasar tidak begitu jalan, kami ingin mengetahui ada tidak potensi di pasar. Kalau ada potensi, kami akan tentukan langkah-langkah berikutnya," kata Siti, kepada wartawan.
Menurutnya, dari 29 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Solo yang tercatat sampai Kamis (21/5), sebanyak 18 pasien di antaranya merupakan transmisi lokal atau bukan kasus impor. Padahal, pengunjung pasar trasidional maupun modern di Solo bukan hanya warga Solo.
"Sasaran rapid test yakni mereka yang kontak langsung dan berhadapan dengan masyarakat, seperti pedagang, pengunjung, kasir, dan tukang parkir. Satu pasar rata-rata diambil sampel 20-30 orang," imbuhnya.
DKK Solo menerjunkan sekitar 40 petugas untuk mengambil sampel darah sasaran rapid test di 12 pasar tersebut. Para petugas berasal dari puskesmas. Sebelumnya, pemkot sudah menggelar rapid test di sejumlah pasar beberapa waktu lalu, di antaranya Pasar Harjodaksino, Pasar Legi, Pasar Gede, dan Pasar Kadipolo.
Siti menyatakan hasil rapid test tidak dapat digunakan sebagai alat diagnostik, melainkan hanya bersifat penjaringan awal. Hasil rapid test tersebut tidak keluar saat itu juga karena masih akan diolah di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda).
Metode rapid test yang digunakan pemkot yakni metode serum atau darah lipat siku (whole blood) dengan memberikan cairan di atas bekuan darah. Sampel darah diambil dari lipatan siku. Darah tersebut akan diputar di dalam tabung centrifuge selama 15 menit untuk menghasilkan serum.
Kemudian, serum itu diteteskan pada alat rapid test untuk mengetahui reaksi antibodi. "Hasilnya paling cepat keluar Jumat (22/5) malam atau Sabtu (23/5) pagi. Sangat tergantung dengan kapasitas Labkesda," ungkapnya.
Menurut Siti, pemkot telah membeli sekitar 2.000 alat rapid test untuk screening awal persebaran Covid-19. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.500 di antaranya telah dijadwalkan untuk digunakan. Alat tersebut harganya di bawah Rp 150 ribu per unit.
"Itu direkomendasi dari Kementerian Kesehatan. Kami membeli banyak, gabungan dari beberapa instansi sehingga dapat harga miring," ujarnya.