Jumat 22 May 2020 15:25 WIB

Lebaran Pertama tanpa Salaman demi Cegah Covid-19

Menurut Muzani, saling memaafkan pada Lebaran menjadi kekuataan menghadapi Covid-19.

Wakil Ketua MPR sekaligus Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani.
Foto: ANTARA FOTO
Wakil Ketua MPR sekaligus Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriyah akan jatuh pada dua hari lagi. Wakil Ketua Majelis permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia, Ahmad Muzani mengatakan, perayaan Lebaran pada tahun ini terasa berbeda. Pasalnya, hari kemenangan bagi umat Muslim itu masih dalam suasana pandemi Covid-19.

"Sebentar lagi bulan Ramadan akan berakhir dan kita akan memasuki bulan Syawal. Bulan Syawal akan ditandai dengan 1 Syawal atau yang biasa kita sebut dengan Hari Raya Idul Fitri, hari di mana kita akan merayakan kemenangan," kata Muzani dalam siaran, Jumat (21/5).

Muzani memperkirakan, kegiatan halal bi halal atau silaturahmi ke rumah kerabat usai Lebaran tidak bisa lagi dilakukan. Hal itu dilakukan untuk mengikuti anjuran pemerintah demi mencegah penyebaran virus corona. "Virus corona masih menjadi ancaman bagi kita semua. Karena itu di bulan Syawal ini social distancing akan menjadi cara kita untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri ini," kata sekjen Partai Gerindra itu.

Muzani pun menyinggung tentang Lebaran pertama dalam sejarah yang dilakukan tanpa bersalaman. Menurut dia, Lebaran tanpa bersalaman berarti tanpa bertemu muka dengan sanak saudara, kerabat, atau pun sahabat.

Walau begitu, Muzani menekankan, hal terpenting dalam menjalani Lebaran, yakni membuka pintu maaf tanpa perlu seseorang terlebih dahulu mengucapkan permohonan maaf. "Memberi maaf nilainya lebih tinggi daripada kita meminta maaf. Tanpa perlu orang, sahabat, kawan-kawan, saudara-saudara kita memohon maaf-meminta maaf, kita harus memberi maaf kepada mereka," ucap Muzani.

Dia menjelaskan, memberi maaf dilakukan untuk mendapat energi positif bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi pandemi. Tidak hanya itu, Muzani mengingatkan kepada seluruh umat Muslim untuk dapat menjaga semangat Ramadhan. Ibadah, sambung dia, harus tetap dijaga, begitu juga dengan sikap saling berbagi yang diajarkan lewat kewajiban membayar zakat fitrah.

Selain itu, sikap saling tolong menolong tersebut diyakininya dapat memperkuat solidaritas untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan bangsa. "Saling maaf memaafkan menjadi energi positif bagi bangsa. Dan semangat baru dalam menghadapi pandemi Covid-19," ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement