REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Tiga gedung di Komplek Gelora Olah Raga (GOR) Satria Purwokerto yang menjadi tempat karantina pemudik dipastikan akan tetap ramai pada saat Hari Raya Idul Fitri. Hal ini mengingat jumlah pemudik yang saat ini masih menjalani karantina masih cukup banyak.
''Saat ini, ada sebanyak 164 pemudik yang sedang menjalani karantina di GOR. Sebagian besar mereka, banyak yang masih melakukan karantina pada saat lebaran,'' jelas Ketua Harian BPBD Banyumas Titik Puji Astuti, Jumat (22/5).
Bahkan, dia menyebutkan, jumlah penghuni gedung karantina di GOR kemungkinan akan terus bertambah mengingat hingga saat ini masih ada saja warga yang mudik. "Prosedurnya harus demikian. Bila ada perantau yang tetap nekad, harus menjalani masa karantina selama 14 hari," jelasnya.
Dalam melakukan pengawasan para peserta karantina, Titik menyatakan, pihaknya melakukan kerjasama dengan petugas dinas kesehatan. Semua peserta yang baru karantina harus dicek kesehatan. Setelah selesai karantina juga kembali mengikuti pemeriksaan. ''Setelah diberi dipastikan sehat kemudian mereka diberi surat keterangan sehat, baru diijinkan pulang,'' jelasnya.
Bupati Banyumas Achmad Husein, menyatakan proses karantina pada para pemudik harus dilakukan untuk memutus mata rantai Covid 19. ''Lebaran memang seharusnya bersama keluara. Tapi bagaimana lagi, ini proses yang harus dijalani agar penyakit tidak semakin menyebar,'' katanya.
Agar tidak membuat para peserta karantina terlalu sedih, Bupati menyatakan akan tetap memberi kesempatan mereka untuk takbiran di dalam lokasi karantina, dan bertemu dengan keluarga pada saat lebaran. ''Tapi bertemunya tetap dengan harus jaga jarak dan berbatas teralis besi seperti ini,'' kata Bupati.
Bahkan Bupati menyatakan, pada saat lebaran nanti, pihaknya telah mengintruksikan BPBD agar membuat masakan yang berbeda bagi peserta karantina. ''Agar suasana di karantina tetap terasa lebaran, nanti kita makan opor bersama,'' katanya.
Pada masa menjelang lebaran ini, Bupati mengaku sudah mengeluarkan sejumlah intruksi. Antara lain, tidak boleh ada takbiran keliling, dan masyarakat diminta untuk tidak melakukan kunjungan dari rumah ke rumah.