REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah mengimbau agar kegiatan Halal Bihalal selama Idul Fitri 1441 H dilakukan melalui teknologi daring ketimbang tatap muka langsung. Hal itu bertujuan menjaga kesehatan diri dan orang lain dari penularan virus korona jenis baru (Covid-19).
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengatakan, Halal Bihalal merupakan tradisi khas Indonesia. Tradisi ini dilakukan dengan saling mengunjungi keluarga dan kerabat untuk bermaaf-maafan.
Secara umum, Halal Bihalal masuk kategori silaturahim yang dianjurkan Islam. Tujuannya, menyambung kembali kasih sayang dan hubungan antara berbagai pihak, khususnya jika sebelumnya terjadi permusuhan.
"Dalam situasi normal, silaturahim dapat dilakukan dengan saling bertemu muka, tapi karena jarak atau waktu atau kondisi tertentu seperti pandemi korona seperti sekarang, maka bisa dilakukan lewat sarana telekomunikasi seperti telepon, //video conference//, surat elektronik," kata Mu'ti melalui keterangan tertulis, Jumat (22/5).
Ia menekankan, sikap saling memaafkan dalam kegiatan Halal Bihalal adalah salah satu ciri orang bertakwa. Muslim sepatutnya memaafkan kesalahan orang lain tanpa perlu menunggu permintaan maaf.
Merujuk pada Hadis Nabi Muhammad SAW, Islam melarang sikap dendam dan marah pada orang lain lebih dari tiga hari. "Meminta maaf dapat dilakukan kapan saja, secepat mungkin tanpa perlu menunggu hari raya. Dendam dan kemarahan hanya menjadi penyakit hati dan menjadi beban tubuh dan pikiran," ujar dia.
Mu'ti mengungkapkan, saling mengunjungi keluarga dan kerabat setelah shalat Idul Fitri tidak dilakukan Nabi Muhammad SAW. Rasulullah justru menganjurkan saling mendoakan. "Doa beliau setelah shalat ialah 'Semoga Allah menerima ibadah kita dan ibadah kamu sekalian’," ucap Mu'ti.
Sementara, saling berkunjung, bermaafan, dan berbagi hadiah pada saat Halal Bihalal hanyalah sebuah tradisi. ‘’Di tengah ancaman korona, hal itu bisa diganti dengan cara berbeda yang mudah,murah dan aman.’’